District Blok M dikenal sebagai salah satu titik lokasi kuliner populer di Jakarta yang kerap jadi tujuan anak muda. Namun, belakangan kawasan ini ramai diperbincangkan karena banyak pelaku UMKM kuliner di situ yang memilih menutup gerainya. Penyebabnya adalah kenaikan harga sewa yang dinilai terlalu tinggi hingga memberatkan para pelaku usaha.
Kenaikan harga sewa tersebut ramai diungkapkan para pemilik usaha melalui media sosial. Salah satunya adalah Atika Mellonius, pemilik Nasi Matah Blok M, yang lewat unggahan TikTok-nya menyebut ada oknum yang secara sepihak menaikkan harga sewa hingga Rp15 juta per bulan.
“Susah payah bangkitin pasar mati di area Blok M tapi malah dimanfaatin oknum. Tanpa basa-basi oknum naikin harga sepihak menjadi Rp 15 juta per bulan. Semua tenant di sini angkat kaki karena harga yang tidak wajar,” tulis Atika, seperti dikutip dari akun TikTok @atikazzz17.
Kenaikan harga sewa ini dinilai berkali-kali lipat dari harga awalnya. Pada Selasa (2/9), akun Instagram Secte* Ayam Pop mengunggah pernyataan bahwa penagihan harga sewa naik hingga 13 kali lipat. Kenaikan ini dianggap tidak masuk akal dan membuat usaha tersebut terpaksa tutup.
“Kami dan teman-teman tenant F&B Plaza 2 Blok M (District Blok M) yang lain terpaksa mundur dikarenakan ada oknum yang melakukan penagihan sepihak dengan nilai yang tidak realistis tanpa kesepakatan. Penagihan menjadi 13 kali lipat dari harga resmi yang diterbitkan pengelola asli. 1.300 persen tidak masuk akal,” terang Secte* Ayam Pop.
Padahal, harga sewa awal di kawasan ini terbilang cukup terjangkau. Pemilik I Am Renald, Renald Maulana Fadli, mengunggah Instagram Story yang memperlihatkan harga sewa per bulan awalnya hanya sekitar Rp 600 ribu. Namun, tiba-tiba pengelola menaikkan harga ruko miliknya menjadi Rp 7,7 juta per bulan, belum termasuk biaya listrik.
Sementara itu, pemilik ICE WS, Yumi, mengatakan kepada kumparanFOOD bahwa harga sewa tempatnya awalnya hanya Rp 300 ribu. Namun, pada akhir Agustus, ia mendapat pemberitahuan bahwa harga sewanya naik menjadi Rp 7,2 juta untuk dua bulan.
Kenaikan harga sewa di setiap toko berbeda-beda, tergantung pada luas ruko dan tingkat popularitas usaha. Menurut Yumi, kenaikan ini justru dialami oleh gerai F&B yang sedang viral, sementara optik dan toko jam yang sudah lama buka tidak terkena imbas.
Akibat kenaikan ini, para pelaku UMKM kompak menutup gerainya pada 30–31 Agustus. Sementara pemberitahuan kenaikan harga sewa disampaikan 28 Agustus, sehingga dua hari setelahnya mereka sepakat menutup gerai karena merasa harga sewa terlalu memberatkan.
Kekecewaan juga dirasakan para pelaku UMKM. Lewat unggahan ICE WS pada Minggu (31/8), terlihat beberapa orang melakukan pengerusakan toko sebagai bentuk kekecewaan.
“Ya bentuk kecewa karena kita datang ke sana dengan toko yang sudah lama terbengkalai, biaya renovasi menggunakan uang pribadi pedagang. Jadi pedagang ingin mengembalikan seperti awal toko itu ada,” jelas Yumi kepada kumparanFOOD.
Setelah penutupan massal, Yumi mengatakan bahwa pihak pengelola menurunkan harga sewa menjadi Rp 2 juta per toko. Penurunan ini disebut berasal dari pihak pengelola kedua, yang menurutnya merupakan “oknum” sudah lama membuka usaha di sana.
Se...