REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Jaringan Gusdurian mengingatkan pemerintah agar tidak semena-mena menaikkan pajak tanpa kajian mendalam dan melibatkan masyarakat.
Peringatan ini menyusul aksi demonstrasi puluhan ribu warga di Pati, Jawa Tengah, setelah kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) sebesar 250 persen.
Direktur Jaringan Gusdurian, Alissa Wahid menilai, kenaikan pajak sepihak di sejumlah daerah, seperti Cirebon hingga 1000 persen, Jombang 400 persen, dan Semarang 400 persen, mencerminkan merosotnya kualitas demokrasi.
“Kebijakan pemerintah dibuat tanpa kajian yang cukup. Suara rakyat semakin ditekan, sehingga muncul berbagai bentuk perlawanan, mulai dari kabur aja dulu atau Indonesia gelap,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id di Jakarta, Sabtu (16/8/2025).
Putri almarhum Gus Dur ini menegaskan, dalam demokrasi suara rakyat harus didengar dan dilibatkan, baik dalam proses pengambilan keputusan maupun pelaksanaan kebijakan.
Kondisi ini menjadi perhatian serius Gusdurian, terutama untuk mengantisipasi potensi melemahnya kedaulatan sipil.
“Demokrasi hanya bisa tegak jika kedaulatan sipil tetap kuat. Kalau kekuasaan sipil berada di bawah kendali militer, suara rakyat tidak akan pernah menjadi yang utama,” kata Alissa.
Fenomena ini akan menjadi salah satu sorotan dalam Temu Nasional (TUNAS) Jaringan Gusdurian 2025 di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, pada 29-31 Agustus mendatang.
Selain soal demokrasi, forum ini juga membahas krisis iklim dan keadilan ekologis akibat industri ekstraktif yang merusak lingkungan.
Acara tersebut akan diikuti 2.000 peserta dan menghadirkan sejumlah tokoh, di antaranya Nyai Sinta Nuriyah Wahid, Prof Quraish Shihab, Prof Nasaruddin Umar, Mahfud MD, dan Bivitri Susanti.
Diketahui, masyarakat di Kabupaten Pati melakukan aksi untuk mendesak Sudewo mundur dari jabatannya sebagai bupati pada Rabu (13/8/2025). Hal itu merupakan imbas kebijakan menaikkan PBB hingga 250 persen.
BACA JUGA: Terungkap Microsoft Dukung Operasi Militer Israel Lewat Rekaman Jutaan Komunikasi Warga Palestina
Berdasarkan video yang beredar di media sosial, Sudewo sempat keluar menemui massa dan berbicara dari atas kendaraaan taktis. "Saya mohon maaf sebesar-besarnya. Saya akan berbuat yang lebih baik," ujar Sudewo.
Meski begitu, massa tak menghiraukan pernyataan Sudewo, lantas melempari Sudewo dengan sandal dan botol air mineral. Sudewo kemudian masuk ke dalam kendaraan dan dievakuasi oleh aparat keamanan.