FORUM internasional Culture, Heritage, Art, Narrative, Diplomacy, and Innovation (CHANDI) 2025 memasuki hari kedua dengan sidang tingkat menteri yang dipimpin Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, di Bali Beach Convention Centre, Rabu (3/9).
Pertemuan ini mengusung tema Culture Beyond 2030: Safeguarding Heritage, Building Peace, and Advancing Cultural and Creative Industries in a Digital Future. Dalam pidato pembuka, Fadli menegaskan budaya harus ditempatkan di garis depan pembangunan global.
“Budaya adalah sarana untuk mengubah perbedaan menjadi kohesi sosial, kompas dalam menghadapi teknologi, sekaligus jembatan menuju perdamaian,” ujarnya dalam keterangannya.
Sidang membahas empat isu utama, yakni ancaman iklim terhadap warisan budaya, transformasi digital dan etika kecerdasan buatan, peran industri budaya dan kreatif yang bernilai lebih dari US$4,3 triliun, serta perlindungan budaya di tengah konflik.
Delegasi dari 39 negara menyampaikan pandangan, termasuk Zimbabwe, Palestina, Syria, hingga Prancis. Menteri Kebudayaan Palestina, Imadeddin A.S. Hamdan Fawzyah, menegaskan perang telah menghancurkan sejarah dan identitas bangsanya. Namun, Palestina tetap meluncurkan program pelestarian budaya.
Menteri Kebudayaan Syria, Mohammed Yassin Saleh, menambahkan bahwa budaya adalah inti diplomasi antarbangsa.
“Budaya memiliki kekuatan menjadi kompas perdamaian dan modal kemanusiaan dalam menghadapi masa depan,” tegasnya.
Menutup sidang, Fadli Zon merumuskan lima komitmen CHANDI 2025, mulai dari integrasi budaya dalam pembangunan berkelanjutan, penguatan diplomasi budaya, pemanfaatan teknologi yang bertanggung jawab, pemberdayaan generasi muda melalui industri kreatif, hingga perlindungan warisan budaya dari perdagangan ilegal.
Komitmen tersebut akan dituangkan dalam Bali Cultural Initiative Declaration 2025 yang menjadi arah bersama negara peserta untuk agenda budaya global pasca-2030. (E-4)