
Sebanyak 20 peserta mengikuti pelatihan dokumentasi audio-video pertunjukan orkestra yang digelar Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (Disbud DIY) bersama AMT Studiolab pada Selasa (29/7) hingga Kamis (31/7), di Sakatoya Collective Space, Bantul. Program ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan menuju kolaborasi dengan Melbourne Symphony Orchestra (MSO).
Pelatihan tersebut menggunakan Dana Keistimewaan (Danais) dan menyasar talenta muda DIY yang bergerak di bidang dokumentasi seni pertunjukan. Tahun ini, Disbud DIY memfasilitasi pelatihan teknis dokumentasi audio dan video, setelah pada tahun sebelumnya mendatangkan mentor dari MSO untuk melatih musisi orkestra DIY.
“Ini kesempatan yang langka dan luar biasa jika nanti ternyata ada teman-teman hasil studi praktis kita tiga hari ini yang lolos dan bisa belajar dari lembaga yang memang sudah ratusan tahun berdiri, khususnya terkait dengan orkestra di Australia,” ujar Kepala Bidang Perencanaan dan Monitoring Evaluasi Disbud DIY, Rully Andriadi, saat ditemui di sela pelatihan peserta pada Rabu (30/7).

Rully menjelaskan bahwa program ini berangkat dari kebutuhan dokumentasi yang muncul seiring penyelenggaraan berbagai konser orkestra di DIY dalam beberapa tahun terakhir. Menurutnya, teknisi dokumentasi menjadi bagian penting dalam pengarsipan pertunjukan seni.
“Selama beberapa tahun ini kami secara intens mengadakan beberapa jenis pertunjukan, khususnya musik orkestra. Nah, ternyata setelah proses berlangsungnya waktu, ada titik yang perlu diperkuat, salah satunya pengarsipan,” ungkapnya.

Pelatihan ini dirancang untuk memperkuat kapasitas dokumentasi pertunjukan musik secara teknis dan konseptual. Materi yang disampaikan meliputi proses perekaman audio dan video secara langsung saat pertunjukan berlangsung, tanpa pengulangan atau retake.
“Kebanyakan sekadar tampil, namun kemudian hasil-hasil itu tidak dikelola dengan baik. Ini langkah awal kami agar proses pengarsipan itu bisa dilakukan oleh seniman-seniman secara mandiri dan menjadi bagian penting rekaman yang nanti tentu akan menjadi legasi warisan,” tegas Rully.

Manajer Program Studi Praktis Dokumentasi Audio-Video, Iwang Prasiddha Lituhayu, menambahkan bahwa peserta pelatihan dipilih berdasarkan pengalaman di bidang produksi audio-video, motivasi mendalami seni budaya, serta rentang usia muda guna menjaga kontinuitas regenerasi.
“Kita memang persiapan teman-teman usia muda dan masih produktif karena mungkin masa produktivitasnya bayangan kita itu masih sangat panjang,” jelasnya.