GISCO merupakan platform yang berfungsi sebagai layanan terpadu yang menyediakan pendampingan teknis, asesmen efisiensi sumber daya, perhitungan jejak emisi, rencana transisi hijau, hingga fasilitasi pembiayaan hijau.
“GISCO akan menjadi jembatan kolaborasi antara industri, penyedia teknologi hijau, lembaga pembiayaan, dan pasar karbon. Dengan demikian, GISCO bukan hanya pusat layanan, tetapi juga motor penggerak ekosistem industri hijau nasional yang terhubung dengan standar internasional,” kata Agus dalam keterangan tertulis, dikutip Minggu (24/8).
Selain itu, Agus juga melihat ekonomi sirkular memiliki peran penting dalam transformasi industri hijau. Saat ini, menurut Agus sudah banyak perusahaan industri yang melakukan praktik tersebut.
Ia juga memberi contoh praktik yang sudah terjadi seperti pengolahan limbah plastik menjadi kemasan baru, melebur kembali scrap metal menjadi baja berkualitas, serta memanfaatkan limbah biomassa sebagai energi alternatif.
“Dengan ekonomi sirkular, kita tidak hanya menekan emisi dan mengurangi limbah, tetapi juga menciptakan nilai tambah ekonomi, mengurangi ketergantungan impor, dan membuka lapangan kerja hijau,” ujarnya.
Menambahkan Agus, Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Andi Rizaldi menjelaskan dalam transformasi industri hijau, industri juga perlu mengintegrasikan teknologi bersih, efisiensi energi, efisiensi air, energi terbarukan, sampai praktik ekonomi sirkular dalam satu ekosistem.
“Dengan membangun ekosistem ini, transformasi menuju industri rendah karbon tidak hanya memperkuat daya saing global, tetapi juga membuka peluang investasi dan inovasi berkelanjutan bagi perekonomian nasional,” kata Andi.
Untuk mendukung hal tersebut, Kemenperin juga sedang menyiapkan beberapa kebijakan. Salah satunya adalah penguatan Standar Industri Hijau (SIH) yang nantinya akan dilengkapi indikator yang lebih detail pada efisiensi energi, pemanfaatan bahan baku daur ulang serta limitasi emisi gas rumah kaca per produk secara satuan.
“Kemudian, integrasi sistem MRV Digital (Monitoring, Reporting, Verification) serta pengembangan Emission Trading System (ETS) sektor industri, sehingga pelaku industri dapat memonetisasi surplus pengurangan emisi yang telah dilakukan,” ujarnya.
Selain itu, GISCO juga akan terus dikembangkan agar dapat menjadi pusaat solusi pembiayaan hijau. Dengan begitu, perusahaan bisa terbantu dalam mengakses pembiayaan hijau dari dalam dan luar negeri.
Selanjutnya, Kemenperin juga akan meningkatkan kapasitas SDM industri. Hal itu dilakukan dengan sertifikasi kompetensi hijau dan reskilling untuk mendukung pengadopsian teknologi rendah karbon.