
Badan Intelijen Inggris atau MI6 kini memiliki pemimpin perempuan pertama dalam 116 tahun sejarahnya. Sosok yang ditunjuk sebagai pemimpin MI6 adalah Blaise Metreweli.
Dikutip dari BBC, Selasa (17/6), Metreweli bergabung di MI6 tahun 1999. Dia akan menjadi pemimpin MI6 ke-18 menggantikan Richard Moore yang masa jabatannya berakhir tahun ini.
Saat ini, Metreweli bertanggung jawab atas teknologi dan inovasi di MI6. Dia pun mengaku bangga dan terhormat diminta memimpin MI6.
MI6 bertugas mengumpulkan informasi intelijen luar negeri untuk meningkatkan keamanan Inggris. Tujuan utamanya adalah menghentikan terorisme, mengganggu aktivitas negara yang bermusuhan, dan memperkuat keamanan siber.
Pemimpin MI6 biasanya disebut sebagai "C". Dia menjadi satu-satunya anggota yang namanya disebut secara publik selama bertugas.
Metreweli saat ini merupakan Direktur Jenderal Q -- kepala divisi teknologi dan inovasi penting yang bertujuan merahasiakan identitas agen rahasia dan menemukan cara-cara baru untuk menghindari musuh, seperti pengawasan biometrik China.
"MI6 memainkan peran penting -- dengan MI5 dan GCHQ -- dalam menjaga keamanan rakyat Inggris dan mempromosikan kepentingan Inggris di luar negeri," kata Metreweli.
"Saya berharap dapat melanjutkan pekerjaan itu bersama perwira dan agen MI6 yang berani dan dengan banyak mitra internasional kami," lanjutnya.
Metreweli diketahui menempuh studi antropoligi di Universitas Cambridge. Dia sebelumnya berperan sebagai direktur di MI5 -- lembaga keamanan dalam negeri, dan menghabiskan sebagian besar kariernya di Timur Tengah dan Eropa.
Dalam daftar penghargaan ulang tahun Raja Charles pada 2024, dia menerima Companion of the Order of St. Michael dan St. George (CMG) atas jasanya terhadap kebijakan luar negeri Inggris.
Saat diwawancarai Telegraph pada Desember 2021 ketika masih di MI5, Metreweli yang memakai nama samaran "Direktur K" mengatakan ancaman keamanan nasional Inggris sangat beragam.
"Ancaman yang kami hadapi terutama ada di sekitar perlindungan pemerintah, melindungi rahasia, melindungi rakyat kita, perlindungan ekonomi, teknologi sensitif, dan pengetahuan penting," ujarnya.
Dia juga menyebut aktivitas negara Rusia -- bukan Rusia itu sendiri, menjadi ancaman dan China mengubah cara dunia dan menghadirkan peluang serta ancaman yang luar biasa bagi Inggris.
Tantangan MI6 di Kepemimpinan Blaise Metreweli

Tantangan yang akan dihadapi Metreweli sebagai kepala MI6 tidak pernah terjadi sebelumnya dan beragam.
Secara geografis, ancaman itu datang utamanya dari Rusia, China, Iran dan Korea Utara karena keempat negara itu bekerja sama erat melemahkan kepentingan Inggris dan negara-negara Barat di seluruh dunia. Namun, MI6 juga menghadapi tantangan teknis.
Peran MI6 merekrut sumber daya manusia untuk mencuri data rahasia dari musuh-musuh Inggris, meliputi negara-negara yang bermusuhan dan kelompok-kelompok non-negara seperti Al-Qaeda.
Di era inovasi digital yang pesat, MI6 harus bekerja lebih cepat untuk tetap unggul dari musuh-musuhnya dan tetap relevan. Sebab, saat ini banyak intelijen yang dikumpulkan secara daring dan dari luar angkasa.
September tahun lalu, pemimpin MI6 saat ini Richard Moore dan kepala CIA saat itu William Burns memperingatkan bahwa dunia internasional berada dalam ancaman yang tak pernah dilihat sebelumnya sejak Perang Dingin.
Dalam tulisannya di Financial Times, Moore dan Burns mengatakan di luar perang Rusia-Ukraina, kedua badan intelijen luar negeri itu terus bekerja bersama untuk menggagalkan kampanye sabotase yang sembrono di seluruh Eropa yang dilancarkan intelijen Rusia.
Moore dan Burns kemudian menambahkan kebangkitan China sebagai tantangan utama intelijen dan geopolitik abad ini. Tak hanya itu, mereka mendorong masing-masing badannya untuk menahan diri dan meredakan ketegangan di Timur Tengah.