Tahun ini sebuah ajang bergengsi bernama D-STAR 2025 hadir untuk para perempuan muda yang ingin berkarya. Lewat program ini, mereka bisa menemukan ruang untuk menyalurkan ide, bakat, dan semangat inovasi yang dimiliki.
Program ini bukan hanya tentang kompetisi, tapi juga wadah untuk berkembang bersama generasi muda lain yang punya visi serupa. Para perempuan muda bisa belajar, bertukar inspirasi, sekaligus membangun jaringan yang berharga bagi kariernya nanti.
"Inovasi di bidang kesehatan tidak bisa lahir dari satu sudut pandang saja. Kita membutuhkan keberagaman ide, pendekatan, dan pengalaman agar solusi yang dihasilkan benar-benar relevan dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat,” ujar dr. Ian Kloer, Presiden Direktur PT Darya-Varia Laboratoria Tbk, Rabu (3/9).
Ia menambahkan bahwa, program ini secara khusus ditujukan bagi mahasiswi karena pihaknya percaya perempuan memiliki peran strategis dalam membentuk masa depan riset kesehatan yang inklusif dan berkelanjutan.
Dengan program ini, membuka akses yang lebih luas bagi perempuan muda untuk berkontribusi secara aktif dalam pengembangan solusi kesehatan, keterwakilan mereka dalam riset inovatif dan kepemimpinan akademik.
“Program ini juga sejalan dengan komitmen Perusahaan dalam mendorong pemberdayaan wanita di sektor kesehatan dan farmasi, yang merupakan bagian penting dari agenda keberlanjutan global dan nasional,” tambah dr. Ian.
Pemenang program tidak hanya menerima beasiswa riset senilai Rp30 juta, tetapi juga pelatihan intensif, pendampingan dari praktisi industri dan akademisi, hingga peluang memperluas jejaring profesional.
Empat mahasiswi terbaik terpilih sebagai penerima D-STAR 2025, yakni Anggininda Salsabila (Universitas Airlangga), Vira Nuha Sabita (Universitas Indonesia), Iffah Zakiya Yasmin (Universitas Gadjah Mada), dan Hanifa Syifa Kamila (Sekolah Farmasi ITB).
Mereka akan mengembangkan riset yang mengintegrasikan teknologi farmasi dengan pemanfaatan tanaman obat asli Indonesia.
Program D-STAR pun mendapat sambutan positif dari akademisi. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Prof. apt. Junaidi Khotib, Ph.D., menilai program ini bukan hanya soal beasiswa, melainkan kontribusi strategis untuk masa depan riset farmasi.