REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Misteri kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Arya Daru Pangayunan (39), memasuki babak baru pasca konferensi pers yang digelar Polda Metro Jaya, Selasa (29/7/2025) lalu, menyebutkan bahwa kematiannya tanpa keterlibatan orang lain. Pihak keluarga yakni sang Ayah, Subaryono akhirnya angkat bicara dan menolak narasi yang seolah-olah menyebut anaknya meninggal karena bunuh diri.
Dengan suara bergetar, Subaryono mengungkap fakta mengejutkan yakni mengenai kondisi putranya sebelum meninggal, yang disebut tengah berada dalam masa paling membahagiakan dalam hidupnya lantaran menerima promosi jabatan untuk bertugas ke Finlandia.
Bahkan Arya Daru telah menyiapkan segala sesuatunya, termasuk rencana memboyong istri, anak-anak, hingga orang tuanya untuk ikut menetap di Eropa. "Sebelum ke Finlandia, anak saya dan keluarga sangat gembira. Cucu-cucu saya juga sudah direncanakan sekolah di sana. Semua sudah disiapkan," ujar Subaryono dalam jumpa pers di Yogyakarta, Sabtu (23/8/2025).
Mengapa dirinya baru angkat bicara sekarang, Sudaryono mengatakan keluarganya masih dalam kondisi terpukul dan bingung menghadapi informasi yang simpang siur terkait kematian Daru. Ia menyebut keluarganya tak berdaya dan saat ini berharap agar keadilan bisa ditegakkan.
Subaryono juga secara langsung memohon kepada Presiden Prabowo Subianto untuk bisa membantu mengungkap kasus ini secara transparan. Pihak keluarga menilai banyak kejanggalan-kejanggalan setelah gelar konferensi yang dilakukan oleh pihak kepolisian. Ada beberapa fakta yang tak diungkap secara jelas padahal pihak keluarga telah memberikan informasi secara jelas.
Ia ingin ada penyelidikan ulang secara menyeluruh dan independen terhadap kasus ini untuk mencari kebenaran.
"Kami tidak berdaya karena informasi bervariasi. Yang saya tahu Daru di mata kami adalah dia pribadi mandiri, bertanggung jawab. Kami mohon kepada Bapak Presiden untuk segera bisa menginstruksikan kepada pihak yang kami sebutkan. Semoga misteri ini terungkap dan Daru serta keluarga mendapatkan keadilan," katanya.
Kuasa Hukum: Tak Masuk Akal Jika Disebut Bunuh Diri
Sementara itu, Kuasa hukum keluarga, Nikolay Aprilindo, menegaskan bahwa keluarga menolak keras dugaan bahwa Daru bunuh diri karena depresi. Menurutnya, tidak masuk akal jika seseorang yang baru saja mendapatkan kepercayaan besar dari negara, dan telah menyusun rencana masa depan secara matang, mengakhiri hidupnya sendiri, apalagi dengan cara yang misteri.
"Bagaimana mungkin orang yang baru dipromosikan, sudah menyiapkan keluarganya ke Finlandia, lalu meninggalkan semua dengan bunuh diri? Itu tidak masuk akal," ucap Nikolay.
Nikolay bahkan menyebut narasi tanpa keterlibatan pihak lain itu sebagai hal yang menyakitkan bagi keluarga dan merusak nama baik almarhum.
"Masak dia (almarhum) meninggalkan semua hal (yang telah dipersiapkan dengan matang -Red) dengan bunuh diri. Tidak masuk akal sehat, ini tidak waras," katanya tegas.
Ia kemudian menambahkan, almarhum memiliki dua anak yang masih kecil, dan semuanya telah dirancang untuk pindah ke Finlandia. Ini, menurutnya, memperkuat keyakinan keluarga bahwa ada kejanggalan dalam kasus ini yang patut diselidiki lebih dalam.
"Anak almarhum masih kecil dua orang, satu kelas 5 SD dan 2 SMP. Mereka berharap dapat pendidikan di Finlandia. Semua sudah disiapkan almarhum, ini jadi misteri kita semua,” ungkap Nikolay.
Sebelumnya, Polda Metro Jaya telah menyampaikan hasil penyelidikan sementara terkait kematian Arya Daru. Polisi menyebut tidak ditemukan keterlibatan pihak lain dalam kasus ini, dan mengarah pada dugaan bunuh diri.
Namun, pernyataan ini tidak bisa diterima oleh pihak keluarga, yang menilai ada kejanggalan besar di balik kematian Daru yang ditemukan dengan wajah terlilit lakban di kamar kosnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
"Indikator daripada kematian daripada ADP ini mengarah pada indikasi meninggal tanpa keterlibatan pihak lain,” kata Dirreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya Triputra, Selasa (29/7/2025), lalu.