Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah telah mengirimkan daftar komoditas unggulan ekspor Indonesia ke Amerika Serikat untuk dikecualikan dari pengenaan tarif resiprokal Presiden Donald Trump yang sebesar 19%. Termasuk komoditas yang memang sangat dibutuhkan AS, bahkan diminta langsung untuk dipasok dari RI.
Sekertaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan, dalam lampiran dua surat yang dikirimkan ke United States Trade Representative (USTR) dan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick itu ada ratusan daftar produk ekspor unggulan Indonesia yang sangat dibutuhkan AS, sehingga tengah didorong supaya tarif bea masuknya ke AS bisa 0%.
"Banyak, ratusan lah kayaknya," kata Susiwijono saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (28/8/2025).
Selain komoditas seperti kopi, kakao, karet, sawit, dan produk agrikultur lainnya, daftar ratusan komoditas ekspor yang diminta pemerintah untuk dikecualikan dari pengenaan tarif resiprokal itu juga ada yang berupa komoditas hortikultura, tekstil dan produk dari tekstil atau TPT, hingga mineral kritis.
Bahkan, ada komoditas yang diminta langsung oleh AS dan menjadi bahan negosiasi agar tarifnya bea masuknya 0% ke AS, diantaranya ialah untuk komoditas nanas kaleng hingga kayu meranti. Dua produk itu kata Susiwijono sangat dibutuhkan AS dan nilai ekspornya signifikan selama ini.
"Itu yang agak surprise itu nanas kaleng. Mereka kan juga tidak tumbuh di sana, tidak punya industri-nya. Exportnya ternyata besar ke US. Kemarin saya tanya berapa waktu, kemarin saja 100 juta US Dollar. Itu kan besar sekali. dan sudah ekspor ke sana. jadi memang produk yang hanya ada di kita, dibutuhkan rakyat Amerika, yang gitu-gitu kita dorong, ke 0% semua," ungkap Susiwijono.
"Lalu kayu yang dibutuhkan betul-betul Amerika, mereka minta kita kirim ke sana namanya kayu meranti. Dia kebutuhannya tinggi, jadi dia spesifik minta kayu meranti. Kalau itu yang kita minta harus 0%, karena dia sendiri yang minta-minta. Ini contoh saja ya," tegasnya.
Susiwijono menegaskan, negosiasi tarif resiprokal ini terus dilanjutkan pemerintah ke AS sebagai bentuk upaya menjaga ketahanan pertumbuhan ekspor Indonesia. Fokus negosiasi saat ini ialah untuk mendapatkan pengecualian tarif resiprokal khusus komoditas ekspor unggulan yang sangat dibutuhkan pemerintah AS dan juga yang hanya diproduksi Indonesia atau sedikit negara.
"Jadi (negosiasi) daring tetap jalan dengan mereka. Cuma, kalau sudah mau membahas substansinya, itu yang mereka akan, kan di sana timnya juga ada yang teknisnya yang nanganin ini, nah, itu yang nanti kita perlu selesaikan jadwalnya. Baru nanti, di September, entah minggu pertama, kedua, kita akan mulai in-person fisik ke sana," tutur Susiwijono.
(arj/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sri Mulyani Ungkap Biang Kerok Surplus Neraca Dagang RI Makin Ciut