
AMERIKA Serikat (AS) dan Tiongkok sepakat menunda kenaikan tarif impor selama 90 hari. Kesepakatan itu dicapai hanya beberapa jam sebelum masa gencatan senjata perdagangan kedua negara berakhir hari ini.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menandatangani perintah eksekutif pada Senin (11/8) yang memperpanjang penghentian tarif lebih tinggi terhadap Tiongkok hingga 10 November 2025.
Melalui Truth Social, Gedung Putih menjelaskan bahwa penangguhan ini bertujuan memberi waktu tambahan bagi negosiasi. Tiongkok juga menyatakan akan mempertahankan bea masuk 10% dan menangguhkan kenaikan tarif sebelumnya selama periode tersebut.
Kedua negara sebelumnya telah saling menaikkan tarif hingga level tiga digit pada awal tahun ini. Namun, pada Mei lalu, Washington dan Beijing sepakat menurunkannya, dengan tarif AS terhadap Tiongkok menjadi 30% dan tarif Tiongkok terhadap AS menjadi 10%.
Dalam perintah eksekutifnya, Gedung Putih menegaskan bahwa defisit perdagangan barang tahunan AS yang besar tetap menjadi ancaman bagi keamanan nasional dan ekonomi.
Washington menilai Tiongkok telah mengambil langkah signifikan untuk merespons keluhan perdagangan AS, sementara Beijing menyatakan akan menangguhkan atau menghapus tindakan balasan non-tarif sesuai kesepakatan di Jenewa.
Warga Shanghai menyambut baik perpanjangan ini. Zhang Xuan, mahasiswa pascasarjana, optimistis bahwa negosiasi akan mengarah ke hubungan yang lebih baik. Lin Peng, agen properti komersial, menilai Trump sebagai pengusaha tentu mempertimbangkan dampak perang dagang terhadap kepentingannya sendiri.
Namun analis International Crisis Group, William Yang memperingatkan bahwa Beijing kecil kemungkinan memberi konsesi besar dan bisa memanfaatkan pengaruhnya pada ekspor tanah jarang untuk menekan AS.
Presiden Dewan Bisnis AS-Tiongkok, Sean Stein menilai perpanjangan ini penting untuk memberi waktu merumuskan kesepakatan dan memberikan kepastian bagi dunia usaha.
Sejak awal 2024, tarif Tiongkok sempat melonjak hingga 145% sebelum turun ke level gencatan senjata 30%. Ekspor Tiongkok naik 5,8% pada Juni 2024, melampaui perkiraan.
Wakil Presiden Senior Asia Society Policy Institute, Wendy Cutler menyebut peluang pertemuan puncak Trump-Xi musim gugur ini terbuka, meskipun negosiasi diyakini berlangsung sengit.
Ketegangan sempat mereda pascaperundingan Jenewa pada Mei, namun perbedaan pandangan kembali muncul di London dan Stockholm. Trump juga berharap Tiongkok segera melipatgandakan pembelian kedelai AS untuk membantu menyeimbangkan perdagangan.
Sementara itu, Trump telah memberlakukan tarif timbal balik 10% pada hampir seluruh mitra dagang, dengan beberapa negara seperti Uni Eropa, Jepang, dan Korea Selatan dikenakan bea masuk 15% dan Suriah hingga 41%. Tarif ini mengecualikan sektor tertentu seperti baja, aluminium, farmasi dan semikonduktor yang sedang diselidiki. (AFP/M-1)