
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan proses aksesi Indonesia ke Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) atau organisasi untuk kerja sama dan pembangunan ekonomi menjadi salah satu strategi utama pemerintah untuk menarik lebih banyak investasi asing, termasuk dari negara-negara di Uni Eropa.
Menurutnya, status keanggotaan OECD akan memperkuat kepercayaan investor internasional terhadap iklim investasi dan reformasi struktural di Indonesia. Indonesia telah mengajukan dokumen awal (initial memorandum) dan telah memenuhi sebagian besar persyaratan keanggotaan OECD.
“Kita sangat serius, kita berharap 3 tahun lagi kita bisa masuk. Karena sekarang kita sudah memasukkan initial memorandum. Dan itu 80 persen sudah comply. Jadi kalau dengan 80 persen comply, kita harapkan 2-3 tahun lagi prosesnya bisa mengikuti,” ujar Airlangga di Paris, Prancis, Selasa (15/7).
Airlangga memastikan keanggotaan OECD juga bakal membuka akses perdagangan dan investasi ke lebih banyak negara.
“Balik lagi open the market. Open jumlah negaranya OECD itu 38. 38 country, itu berarti kita membuka 38 country termasuk negara-negara di Amerika Latin,” jelas dia.
Langkah ini juga dinilai penting untuk memperluas pasar ekspor Indonesia dan memperkuat diversifikasi, terutama ke wilayah non-Amerika.
“Harapannya mereka (Eropa) merasa bahwa iklim investasi kita sama. Karena investasi itu mengikuti trade. Investment following the trade,” kata Airlangga.
Airlangga menyebut saat ini sebagian besar investasi asing langsung di Indonesia masih berasal dari negara-negara Asia, seperti Singapura, China, dan Jepang. Negara-negara Eropa sejauh ini baru menempati posisi 10 besar.
Pada kuartal pertama 2025, Airlangga mencatat Foreign Direct Investment (FDI) Indonesia terbesar masih berasal dari Singapura dan Malaysia. Dia berharap keanggotaan OECD dapat menciptakan kesetaraan persepsi antara Indonesia dan negara-negara Eropa sebagai mitra dengan standar ekonomi serupa.