REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Konsumsi konten TikTok dan meningkatnya rasa kesepian di kalangan Gen Z ternyata memiliki keterkaitan. Hal itu diketahui berdasarkan hasil penelitian tim mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
"Kami menemukan keterkaitan antara penggunaan media sosial yang berlebihan dengan rasa kesepian, insecure (minder), bahkan masalah kesehatan mental," kata Ketua Tim Riset UMY Fifin Anggela Prista dalam keterangan tertulis di Yogyakarta, Ahad (17/8/2025).
Penelitian bertajuk "Loneliness in the Crowd: Eksplorasi Literasi Media Digital pada Fenomena Kesepian di TikTok melalui Konfigurasi Kajian Hiperrealitas Audiovisual" itu lolos seleksi Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) 2025 dan memperoleh pendanaan Rp6,2 juta dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.
"Di satu sisi, konten di media sosial adalah hasil rekayasa. Di sisi lain, orang tetap mengonsumsi dan bahkan membenarkan narasi tersebut," ujar dia.
Menurut teori hiperrealitas, Fifin menyebut representasi digital kerap dianggap lebih nyata daripada realitas itu sendiri. Sehingga, emosi yang dibentuk media dapat mempengaruhi kesehatan mental dan hubungan sosial seseorang.
Hasil pengamatan tim menunjukkan banyak akun TikTok memproduksi ulang narasi kesepian dengan sentuhan estetik, seperti kutipan tentang hubungan, kehilangan, atau rasa keterasingan. Konten itu sering dibagikan ulang pengguna sebagai bentuk coping stress atau cara mengatasi stres.
"Konten yang dibuat orang lain sering kali merepresentasikan diri kita, entah itu soal pencapaian orang lain atau kisah emosional seperti percintaan. Walaupun sebagian bersifat komersial, pengguna tetap membagikannya karena merasa konten tersebut mewakili perasaan mereka," tutur Fifin.
Menurut dia, kebiasaan itu memicu efek domino. Semakin sering pengguna membagikan konten kesepian, semakin banyak pula konten serupa yang muncul di linimasa akibat algoritma TikTok.
"Semakin sering terpapar konten kesepian, semakin tinggi pula risiko mengalami gangguan kesehatan mental," katanya.
Untuk tindak lanjut, tim yang beranggotakan lima mahasiswa UMY ini berencana menggandeng Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) guna mengembangkan strategi literasi digital dan manajemen penggunaan gawai.
"Harapannya, penelitian ini bisa menjadi inovasi dalam penanganan isu literasi digital dan kesehatan mental, khususnya di kalangan Gen Z. Karena kesepian sering dianggap masalah pribadi, padahal dari hal-hal yang terlihat sepele ini, dampaknya bisa sangat besar bagi kesehatan mental generasi muda," ujar Fifin.
sumber : Antara