Suasana lalu lintas ramai (ilustrasi). Paparan suara bising lalu lintas dalam jangka panjang disebut terbukti meningkatkan risiko gangguan mental seperti depresi dan kecemasan, terutama pada anak-anak, remaja, dan dewasa muda.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Paparan suara bising lalu lintas dalam jangka panjang disebut terbukti meningkatkan risiko gangguan mental seperti depresi dan kecemasan, terutama pada anak-anak, remaja, dan dewasa muda. Hal ini terungkap dalam studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal Environmental Research.
Penelitian dilakukan oleh para ilmuwan dari University of Oulu, Finlandia, dengan melibatkan lebih dari 114 ribu partisipan yang lahir antara 1987 hingga 1998 dan tinggal di kawasan metropolitan Helsinki. Para peserta dipantau selama satu dekade, dari usia 8 hingga 21 tahun.
Hasilnya menunjukkan risiko gangguan kesehatan mental meningkat tajam ketika tingkat kebisingan melebihi 53 desibel (dB), ambang batas yang dianggap aman oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). "Di atas 53 dB, kebisingan menjadi stresor psikologis signifikan bagi anak muda, terlepas dari sisi rumah tempat mereka tidur," kata peneliti studi Dr Anna Pulakka seperti dikutip dari Earth, Ahad (17/8/2025).
Peneliti menghitung tingkat paparan kebisingan dari sisi rumah paling banyak dan paling sedikit menerima kebisingan. Mereka juga memperhitungkan rata-rata tahunan suara yang berasal dari kendaraan dan kereta api.
Setiap kenaikan 10 dB di sisi rumah yang paling bising berkaitan dengan peningkatan risiko depresi sebesar 5 persen dan kecemasan sebesar 4 persen. Peneliti menjelaskan, kebisingan memicu respons stres melalui sistem saraf yang dapat mengganggu emosi, perilaku, dan fungsi kognitif, terutama pada anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan.
Studi ini juga menunjukkan bahwa efek kebisingan terhadap kesehatan mental bersifat independen, tidak tergantung pada faktor lingkungan lain seperti polusi udara atau ruang hijau. Temuan tersebut mengungkap risiko tertinggi kecemasan terjadi di area dengan tingkat kebisingan 60-65 dB, yang umumnya juga memiliki tantangan sosial dan ekonomi lebih besar.
Dengan sekitar 10 persen partisipan didiagnosis mengalami depresi atau kecemasan sebelum usia 30 tahun, para peneliti mendorong pemerintah dan perencana kota untuk mengambil langkah konkret. "Langkah seperti menempatkan kamar tidur di sisi bangunan yang lebih tenang, memperluas ruang hijau, atau menurunkan batas kecepatan kendaraan bisa menjadi solusi," ujar peneliti utama studi Yiyan He.