
RISET terkini mengungkap, 25% Gen Z memilih memaksimalkan penggunaan kartu kredit sebagai jalan keluar dari tekanan ekonomi. Survei terhadap lebih dari 1.000 konsumen di Amerika Serikat, menunjukkan bahwa Gen Z lebih jarang memiliki dana darurat dibandingkan generasi sebelumnya.
Meskipun media sosial membuat Gen Z lebih banyak memperoleh wawasan finansial. Remaja yang lebih tua tetap memerlukan bimbingan dari orang tua, dalam menyusun anggaran dan merencanakan strategi pelunasan hutang.
Salah satu mitos yang terus beredar di kalangan generasi muda, maupun tua di Amerika Serikat adalah anggapan bahwa, anak muda tidak sehemat generasi sebelumnya. Mereka dianggap terlalu boros membeli latte dan roti panggang alpukat, sehingga kesulitan memiliki rumah.
Karena itu, ketika hasil survei terbaru menunjukkan Gen Z cenderung tidak memiliki dana darurat, juga sangat bergantung pada kartu kredit. Pandangan stereotip tentang generasi muda ini mungkin dianggap hal yang biasa.
Krisis Keuangan Membayangi Gen Z
Menurut pakar keuangan, Gen Z dinilai terlalu mengandalkan kartu kredit sebagai jalan keluar dari masalah finansial. Tanpa benar-benar memahami dampak jangka panjang dari cara tersebut.
"Biaya sewa, bahan makanan, transportasi, dan biaya hidup secara keseluruhan semuanya lebih tinggi daripada generasi sebelumnya. Mereka juga dihadapkan dengan utang pinjaman mahasiswa, volatilitas pasar kerja, dan jalur yang lebih sulit menuju peluang pembangunan kekayaan," ujar Michelle Taylor, penasihat keuangan di GFG Solutions, pakar pembangunan kekayaan, dan pendiri Women and Wealth Initiative, sebuah platform yang memberdayakan perempuan untuk mengendalikan keuangan mereka.
Credit One Bank mensurvei 1.150 konsumen di AS dari bebagai usia dan tingkat ekonomi. Hasilnya menemukan bahwa, mayoritas lebih mengandalkan kredit daripada tabungan. Sebanyak 62% Genz, tidak memiliki dana darurat hampir dua kali lipat dibanding baby boomer.
Gen z paham finansial, tapi masih ragu mengelola uang
Internet telah memberikan akses informasi yang belum pernah ada sebelumnya, bagi semua kalangan. Namun, pertumbuhan pengetahuan ini juga membawa tantangan tersendiri.
Gen Z kini tampak lebih paham finansial berkat akses ke media sosial, podcast, dan pembelajaran online. Tetapi banyak dari mereka yang masih kesulitan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tips cepat yang bertebaran di platform-platform tersebut memang bermanfaat, tetapi tanpa riset pribadi untuk menyesuaikan dengan kondisi masing-masing, informasi itu sering kali kurang berguna.
Sikap Gen Z terhadap uang mungkin tampak tidak biasa bagi generasi yang lebih tua, namun jika dilihat dari sudut pandang lain, pendekatan mereka justru bisa lebih sehat daripada sebelumnya. Menghadapi berbagai kondisi di luar kendali yang merugikan, wajar jika mereka mengubah cara pandang tentang kekayaan. Gen Z bisa tetap berada di jalur finansial yang baik asalkan mendapat bimbingan yang benar, tanpa harus mengorbankan prinsip mereka. (Parents/Z-2)