Militer Thailand memulangkan dua tentara Kamboja yang terluka dan sempat ditahan setelah kedua negara menyepakati gencatan senjata tanpa syarat. Namun, masih ada 18 prajurit Kamboja yang masih ditahan.
Mengutip AP, Sabtu (2/8), Juru Bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Maly Socheata, mengatakan kedua tentara yang terluka telah diserahkan di pos pemeriksaan perbatasan antara Provinsi Surin, Thailand, dan Provinsi Oddar Meanchey, Kamboja.
Ia mendesak Thailand untuk segera memulangkan prajurit yang tersisa sesuai dengan hukum humaniter internasional. Sementara, Thailand mengatakan penahanan 18 prajurit sesuai dengan aturan humaniter internasional.
Namun, kedua negara memberikan pernyataan berbeda terkait penangkapan prajurit itu. Kamboja mengatakan tentara mereka mendekati posisi Thailand dengan niat bersahabat untuk memberikan salam pasca pertempuran. Sementara Thailand mengatakan tentara Kamboja tampaknya memiliki niat permusuhan dan memasuki wilayah Thailand, sehingga ditahan.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan Wilayah Angkatan Darat ke-2 Thailand pada Jumat (1/8), satu tentara Kamboja yang dipulangkan berpangkat sersan, menderita lengan patah, dan luka di pinggul. Satu tentara lainnya berpangkat letnan dua, menderita kelelahan tempur, dan membutuhkan perawatan keluarga.
Thailand mengatakan kedua prajurit itu telah bersumpah tidak terlibat dalam permusuhan kedua negara. Kendati demikian, pemerintah Kamboja lewat Komite HAM Kamboja menyurati Komisaris Tinggi PBB untuk HAM atas klaim kedua tentara disiksa dan ditolak perawatan medisnya.
Meski tidak disertai bukti, namun Kamboja dalam surat itu menuntut agar dilakukan investigasi imparsial oleh PBB atau badan internasional terkait atas klaim mereka.
Setelah kedua negara menyepakati gencatan senjata tanpa syarat, kondisi di perbatasan kembali damai.
Pada Jumat (1/8), diselenggarakan tur ke bekas area pertempuran untuk diplomat asing dan pengamat lainnya yang dilakukan masing-masing negara. Tur itu menyoroti kerusakan yang diduga disebabkan oleh pihak lawan.
Pertempuran di perbatasan yang pada Kamis (24/7) baru berhenti usai kedua pemimpin negara bertemu dalam perundingan damai yang berlangsung di Malaysia, dimediasi PM Malaysia Anwar Ibrahim.