Liputan6.com, Jakarta - Jumlah serangan siber mengarah ke Indonesia diketahui mengalami penurunan signifikan pada semester I 2025. Walau tercatat ada penurunan, ancaman digital masih jauh dari kata reda.
Data ini diungkap oleh laporan terbaru Awanpintar, platform pemantauan serangan siber dari Prosperita Group.
Disebutkan, sejak Januari hingga Juni 2025 terdapat 133.439.209 serangan siber terjadi ke perangkat digital dengan alamat IP publik di Indonesia.
"Dari semester 1 tahun 2025 serangan itu berjumlah 133.439.209. Jauh berkurangan dari semester 1 tahun 2024,” ungkap Yudi Kukuh, founder Awanpintar.id dalam paparannya di Jakarta, Selasa (26/8/2025).
Jika dirata-rata, maka angka tersebut setara dengan 723 ribu serangan per hari atau 9 serangan per detik. Jumlah itu jauh lebih rendah dibandingkan periode sama tahun lalu.
Kala itu, laporan mencatat ada sekitar 2,49 miliar serangan terjadi. Namun, Yudi mengingatkan masyarakat untuk tidak terlena. "Ancaman siber masih terus berevolusi dan tidak bisa diabaikan," katanya.
Mirai Botnet Kembali Mengincar IoT
Meski jumlah serangan siber ke Indonesia turun pada semester I 2025, laporan Awanpintar juga menemukan kemunculan kembali Mirai Botnet, malware legendari sempat dianggap hilang.
Botnet ini kini aktif kembali dan menargetkan perangkat Internet of Things (IoT), seperti kamera CCTV, DVR, hingga router rumah tangga.
Yudi menyebut, “hal menarik dari laporan ini adalah munculnya kembali Mirai Botnet. Botnet ini pertama kali muncul Agustus 2016 dan tadinya dianggap sudah hilang dari peredaran.”
Mirai sendiri terkenal berbahaya karena mampu mengendalikan jutaan perangkat terinfeksi untuk melancarkan serangan masif.
Kondisi ini menjadi alarm untuk masyarakat bahwa perangkat sederhana juga bisa berubah menjadi “tentara digital” bila tidak diamankan secara serius.
Celah Keamanan Masih Tinggi
Selain botnet, Awanpintar juga menyoroti masih tingginya celah keamanan kritis dalam Common Platform Enumeration (CPE) maupun Open Source Vulnerabilities (OSV).
Mayoritas celah keamanan tersebut memiliki skor 7 hingga 10, kategori “high” hingga “critical”. Celah semacam ini sangat berbahaya karena bisa langsung dieksploitasi hacker sebelum patch keamanan diterapkan.
“Kalau patch tidak segera diterapkan, perangkat bisa langsung disusupi. Inilah kenapa kesadaran pengguna dan pembaruan sistem itu mutlak,” jelasnya.
Ia menambahkan, banyak serangan siber terjadi akibat kelalaian pemilik perangkat enggan memperbarui sistem. Baik sistem operasi, server, hingga aplikasi berbasis open source bisa jadi target empuk.
Jika dibiarkan, kerentanan ini dapat menjadi pintu masuk ransomware, pencurian data, hingga serangan yang lebih masif.
Prosperita Group Tawarkan Solusi Keamanan Proaktif
Sejak 2008, PT Prosperita Sistem Indonesia yang merupakan bagian dari Prosperita Group, telah berkomitmen pada riset dan pengembangan solusi keamanan siber demi memperkuat ketahanan digital nasional.
Untuk menjawab permasalahan yang muncul, Prosperita Group menghadirkan beberapa solusi untuk keamanan digital. Melalui Awanpintar.id dan Cisetradar.id, mereka menyediakan sistem peringatan dini, peta serangan, hingga Dark Web Monitoring dan Vulnerability Alert.
Selain itu, ada juga layanan XDR Asset untuk melindungi dari ancaman eksternal, DLP Safety Car untuk mencegah kebocoran data internal, NDR Gray Cortex untuk memantau lalu lintas jaringan, serta Vimana Mail Cloud untuk menjaga keamanan email.
Bagi masyarakat atau perusahaan yang membutuhkan kepatuhan keamanan informasi, Prosperita juga menyediakan layanan Bolo SoC yang mampu menganalisis data, mendeteksi kerentanan, hingga merespons insiden secara cepat.