Liputan6.com, Jakarta Momen mengharukan mewarnai kamp pra-musim Tottenham Hotspur di Korea Selatan. Son Heung-min, sang kapten dan ikon klub, mengumumkan niatnya untuk meninggalkan klub musim panas ini. Kabar tersebut datang menjelang laga uji coba melawan Newcastle United di Seoul, yang kemungkinan besar akan menjadi penampilan terakhirnya bersama Spurs.
Dalam konferensi pers menjelang laga, Son menyampaikan keputusan besar ini dengan suara bergetar. Ia tak kuasa menahan emosi saat menjelaskan alasannya meninggalkan klub yang telah ia bela selama satu dekade. Los Angeles FC dari MLS disebut sebagai klub tujuan sang pemain, meski belum ada konfirmasi resmi.
Pelatih baru Tottenham, Thomas Frank, mengonfirmasi bahwa Son akan menjadi starter sekaligus kapten di laga kontra Newcastle. Atmosfer di Stadion Piala Dunia Seoul diprediksi akan sangat emosional, mengingat Son adalah pahlawan nasional di negaranya.
Akhir Sebuah Era: Son Siap Tinggalkan Spurs
Son bergabung dengan Tottenham dari Bayer Leverkusen pada Agustus 2015 dengan nilai transfer 22 juta pounds. Selama 10 tahun di London Utara, ia mencetak 173 gol dari 454 pertandingan kompetitif. Bersama Spurs, ia menjadi ikon, terlebih sejak kepergian Harry Kane pada 2023.
Keberhasilan Son mengantarkan Tottenham menjuarai Liga Europa musim lalu, mengakhiri paceklik trofi selama 17 tahun, membuat statusnya sebagai legenda klub kian kokoh. Namun, keputusannya untuk pergi tetap menjadi momen pahit bagi klub dan para penggemar.
Frank menyebut Son telah mengutarakan keinginan hengkang saat pertemuan awal dengan para pemain senior, tak lama setelah ia ditunjuk sebagai manajer. Son menjadi satu-satunya pemain yang menyampaikan keinginan itu.
Performa Menurun dan Persaingan Ketat di Skuad
Tanda-tanda kepergian Son sebenarnya sudah terlihat sejak awal tahun. Kontraknya memasuki enam bulan terakhir sebelum diperpanjang secara otomatis oleh klub untuk satu tahun. Namun, absennya kontrak jangka panjang membuka celah untuk kemungkinan hengkang.
Musim lalu, performa Son dinilai menurun. Ia hanya mencetak tujuh gol di Premier League, catatan terendahnya sejak musim 2015/16. Selain itu, ia mengalami cedera hamstring dan kaki yang membuatnya absen dalam delapan laga liga. Secara keseluruhan, Tottenham tampil mengecewakan, kalah 22 kali dan finis di peringkat ke-17.
Persaingan di lini depan juga semakin ketat. Spurs merekrut Mathys Tel dari Bayern Munich dan mempermanenkannya musim ini. Tel kerap dimainkan di sayap kiri, posisi yang selama ini diisi Son.
Selain itu, ada Wilson Odobert yang bisa bermain di kedua sisi, serta Mikey Moore yang sedang dipinjamkan ke Rangers namun digadang-gadang sebagai bintang masa depan.
Alasan di Balik Kepergian Son: Tantangan Baru dan Misi Piala Dunia
Son menjelaskan secara langsung alasan kepergiannya dalam konferensi pers. Ia menyebut bahwa dirinya merasa sudah mencapai semua yang bisa ia raih bersama Tottenham. Ia membutuhkan tantangan baru dan lingkungan berbeda untuk memotivasi diri lebih jauh.
“Saya datang ke London Utara sebagai anak muda 23 tahun yang tidak bisa bahasa Inggris. Kini saya pergi sebagai seorang pria,” ujar Son dengan suara berat. “Saya merasa ini saat yang tepat untuk perubahan. Sepuluh tahun adalah waktu yang panjang.”
Meski belum menyebut nama klub tujuan, Son mengisyaratkan keinginannya bermain reguler demi persiapan Piala Dunia 2026 yang akan digelar di AS, Kanada, dan Meksiko. Dalam konteks ini, MLS menjadi opsi ideal untuk mempertahankan performa dan kebugarannya.
Ia juga menekankan bahwa keputusan ini bukanlah hal mudah. “Ini adalah keputusan tersulit dalam karier saya. Saya hanya ingin orang-orang memahami dan menghormati keputusan ini,” ungkapnya menutup sesi.