
Nikmatul Hikmah, WNI di Shizuoka, Jepang, terkaget-kaget mendengar suara sirene berbunyi nyaring. Ternyata itu peringatan tsunami akibat gempa 8,7 magnitudo di Kamchatka, Rusia.
"Sebenarnya, tadi pagi itu saya masih tiduran, bang. Kan bunyi sirine kencang, saya pikir itu simulasi karena sering di Jepang mengadakan latihan simulasi tanpa aba-aba seolah-olah terjadi seperti nyata, untuk menghadapi gempa tsunami dahsyat Palung Nankai," kata Hikmah saat bercerita kepada kumparan, Rabu (30/7).
"Terus, di TV juga alarm bunyi heboh, saya kaget ternyata beneran bukan simulasi," sambungnya.
Saat itu, ia langsung bergegas untuk evakuasi diri. Ia lari menuju tebing yang lebih tinggi.
"Kita evakuasi di tebing, cari tempat tinggi terdekat daripada lari jauh-jauh karena simulasi Jepang begini. Kalau lari milih yang jauh, takutnya tergulung gelombang duluan," ujarnya.


Sampai saat ini Hikmah masih bertahan di tebing. Meski sebagian warga setempat mulai kembali ke kediamannya.
"Iya masih lanjut mengungsi karena gelombangnya belum sampai di tempat saya, di Shizuoka. Yang lain sudah balik, saya mau balik juga tapi agak takut karena ini pertama kali mengalami suasana ini. Sementara, saya ikuti instruksi pemerintah diminta untuk tetap evakuasi sampai suasana kondusif," urainya.
"Sambil evakuasi, saya memantau berita di TV mobil dan internet. Soalnya takut juga ketinggalan informasi. Tadi pagi suasana di sini agak kacau gara-gara pengumuman evakuasi dikeluarkan terus dari radio balaikota dan TV, juga ada notif darurat di HP dua kali," sambung dia.
Hikmah menambahkan, warga Shizuoka relatif lebih tenang menghadapi situasi ini karena sudah terbiasa.
"Tapi, orang-orang Jepang tetap tenang dan beraktivitas normal seperti biasa, cuma sepertinya sebagian yang peduli dengan peringatan ini. Saya demi keamanan, ikut instruksi pemerintah saja," tutupnya.