
HiPontianak - Wakil Bupati Sintang, Florensius Ronny menutup pelaksanaan Pekan Gawai Dayak Kabupaten Sintang ke XII Tahun 2025 di Betang Tampun Juah Jerora Satu Sintang pada Sabtu malam, 19 Juli 2025.
Pada penutupan tersebut, Ronny menyilakan mantan Kapolres Sintang AKBP I Nyoman Budi Artawan untuk memukul gong tanda ditutupnya Pekan Gawai Dayak Kabupaten Sintang ke XII Tahun 2025.
Atas nama Pemkab Sintang, Ronny menyampaikan terima kasih kepada peserta gawai yang dari DAD kecamatan dan desa atas partisipasinya selama kegiatan. Apalagi selama 4 hari kegiatan, gawai sudah berlangsung aman dan damai.
“Ini menunjukkan bahwa masyarakat Dayak bermartabat dan disiplin. Ini menjadi modal yang kuat untuk kemajuan di masa-masa yang akan datang,” terang Ronny.
Dikesempatan itu, Ronny juga mengucapkan selamat kepada para juara. Yang belum juara diupayakan tahun depan, berlatih lebih giat lagi supaya depan menjadi juara pada Gawai Dayak yang ke 13 tahun 2026.
“Soal makna gawai, ini bentuk kita bersyukur, berbagi, dan menjaga, melestarikan kebudayaan Dayak. Kami berkomitmen selalu berupaya untuk bekerja membangun Kabupaten Sintang yang kita cintai ini lebih maju dan masyarakatnya yang lebih maju di masa-masa yang akan datang. Maka dari itu mohon kerjasama dari seluruh masyarakat Kabupaten Sintang,” terang Ronny.
Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Sintang, Jeffray Edward menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada seluruh panitia sehingga kegiatan dapat berjalan sukses dan lancar.
Jeffray mengatakan, antusiasme masyarakat dalam menyaksikan PGD Sintang menjadi bukti kuatnya dukungan terhadap pelestarian budaya Dayak. Ia juga mengapresiasi kehadiran Bupati dan Wakil Bupati Sintang, serta seluruh undangan dan masyarakat yang mendukung penuh kegiatan tahunan ini.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada Pak Toni dan seluruh panitia yang telah bekerja luar biasa tanpa mengeluh, serta kepada aparat keamanan, TNI- Polri, Brimob, Satpol PP, TBBR, Sabang Merah Borneo, yang telah menjaga keamanan hingga acara berjalan tertib dan aman,” ujarnya.
Jeffray juga menekankan bahwa PGD bukan hanya sekadar ajang pesta rakyat, tetapi memiliki nilai lebih sebagai ruang refleksi masyarakat adat Dayak terhadap kondisi saat ini, termasuk isu hutan adat yang memerlukan perhatian dan dukungan pemerintah.
“Kita masih memiliki peluang memperjuangkan hutan adat, tetapi tantangannya adalah semakin sedikitnya kawasan hutan akibat alih fungsi. Ini perlu dukungan pemerintah, agar masyarakat adat dapat menjaga hubungan harmonis dengan alam,” tegasnya.