Laporan Jurnalis Republika Bambang Noroyono dari Tunisia
REPUBLIKA.CO.ID, Global Sumud Flotilla (GSF) mengambil titik tolak serempak pelayaran di Tunis, Tunisia. Konvoi kapal-kapal kemanusian mengarungi Laut Mediterania itu diikuti ribuan relawan, aktivis, dan jurnalis dari 44 negara. Misinya: membuka blokade Gaza, dan menyalurkan bantuan kemanusian untuk masyarakat di Gaza yang sudah 24 bulan jadi korban penjajahan dan genosida Zionis Israel.
Banyak pertanyaan bergulir mengapa titik tolak pelayaran puluhan armada laut kemanusian itu mengambil tempat di Tanah Kuno yang berada di Tanduk Afrika itu? Padahal jika menengok peta dunia, wilayah Yunani, maupun Italia lebih dekat ke Gaza-Palestina. Turki dan Mesir, negara-negara yang mayoritas Muslim, pun punya jarak laut yang lebih pendek ke Gaza ketimbang dari Tunis.
Mengapa dari Tunisia?
Mereka yang berangkat dari banyak negara, harus terlebih dahulu singgah dan bermukim di Tunis. Termasuk delegasi Indonesia Global Peace Convoy (IGPC) yang membawa 30-an relawan, aktivis, dan wartawan. Dengan jumlah anggota yang sama, Delegasi Malaysia yang berangkat dari Spanyol dan Italia juga harus sandar ke Tunisia. Mereka yang berangkat awal ke Tunis wajib ikut pelatihan lima hari.
Dua wartawan Republika, Bambang Noroyono-Thoudy Badai turut dalam pelatihan. Jika terpilih, steering commite GSF yang akan menentukan para delegasi cakap ikut berlayar atau tidak. Pelatihan dan training para peserta layar digelar di Gedung General Union of Tunisian Workers. Bangunan serikat pekerja yang berada di titik ekonomi Tunisia, di Pasar el-Madina.
Duta Besar Indonesia di Tunisia Zuhairi Misrawi menerangkan Pasar el Madina tempat lahirnya cendekiawan Islam, Ibnu Khaldun. Pasar itu sudah ada sejak 1.300 tahun lalu. Pasar tersebut merupakan jantung ekonomi Tunisia dan menjadi wilayah paling krusial di negeri maghrib tersebut.
Kata Zuhairi, training para peserta Global Sumud Flotilla di Gedung Buruh Tunisia itu menunjukkan banyak hal. "Serikat buruh Tunisia ini, secara politik yang terkuat di Tunisia. Melebihi partai politik, bahkan melebihi pemerintahan," kata Zuhairi, saat ditemui di Wisma Indonesia di Lac 1, Tunisia. Menurut Zuhairi, para delegasi 44 negara Global Sumud Flotilla yang terkonsentrasi di Gedung Serikat Buruh dan Pekerja menunjukkan bahwa entitas sosial-politik terkuat di Tunisia mendukung konvoi pelayaran akbar menembus blokade Gaza itu.
"Konsentrasi Global Sumud Flotilla di General Union of Tunisian Workers itu sudah menunjukkan bahwa seluruh masyarakat Tunisia itu sangat mendukung gerakan ini," ujar Zuhairi.
Selama karier diplomatiknya di Tunisia, Zuhairi mengamati, tak ada perbedaan pandangan di tengah masyarakat Tunisa mengenai isu-isu tentang Palestina. Zuhairi mengatakan, seluruh masyarakat Tunisia, dari level elite, sampai pada kalangan jelata semuanya pada satu sikap yang sama: Palestina harus merdeka, genosida di Gaza harus diakhiri.
"Makanya kita tidak pernah mendengar adanya perdebatan di kalangan masyarakat Tunisia tentang Palestina. Semua masyarakatnya sangat antusias dan sangat peduli dengan Palestina maupun yang berada di Gaza," kata Zuhairi. Bahkan, kata Zuhairi, dia mendengar dari kawat-kawat diplomatik tentang rumah-rumah warga Tunisia yang akan menyediakan logistik, dan sumbangan untuk dibawa para peserta akbar konvoi Global Sumud Flotilla ke Gaza.
"Saya dapat laporan, seluruh masyarakat Tunisia itu, dari setiap rumah-rumah warga ikut menyumbang untuk kegiatan pelayaran menembus blokade Gaza ini," ujar Zuhairi.