Pengembang properti terkemuka, China Evergrande Group resmi didepak dari daftar pencatatan Bursa Efek Hong Kong pada Senin (25/8).
Perusahaan ini menjadi salah satu perusahaan dengan nilai dan volume terbesar yang dihapuskan dalam beberapa tahun terakhir.
Pernah menjadi pengembang properti dengan penjualan terbesar di China, krisis keuangan Evergrande pertama kali mencuat pada 2021.
Sejak itu, perusahaan ini bersama sejumlah pengembang lain gagal memenuhi kewajiban utang di tengah penurunan penjualan rumah serta semakin terbatasnya akses pendanaan.
Berikut adalah linimasa terkait krisis utang Evergrande, pengembang dengan utang terbesar di dunia, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (26/8):
Banyak proyek Evergrande di seluruh negeri berhenti konstruksi akibat pembayaran yang tertunda. Bank sentral China dan otoritas perbankan memanggil eksekutif senior perusahaan dan mengeluarkan peringatan langka bahwa Evergrande harus menurunkan risiko utang serta mengutamakan stabilitas.
Evergrande gagal membayar kupon obligasi luar negeri senilai total USD 131 juta. Pembayaran ini memiliki masa tenggang 30 hari. Perusahaan menunjuk penasihat keuangan untuk meninjau opsi yang ada, sambil memperingatkan risiko cross-default di tengah anjloknya penjualan properti.
Pendiri Evergrande, Hui Ka Yan, menjual 1,2 miliar saham senilai HKD 2,68 miliar atau sekitar USD 343 juta, menurunkan kepemilikannya dari 77 persen menjadi 67,9 persen.
Evergrande menangguhkan perdagangan sahamnya karena tidak mampu menerbitkan laporan keuangan audit sebelum 31 Maret. Selain itu, terjadi penyelidikan atas unit manajemen properti perusahaan, di mana 13,4 miliar yuan atau USD 1,87 miliar simpanan disita oleh bank.
Sebuah rumah mewah milik pendiri Evergrande di kawasan elit The Peak, Hong Kong, disita oleh China Construction Bank (Asia).
Evergrande mengumumkan auditor PricewaterhouseCoopers mengundurkan diri karena perbedaan pendapat terkait laporan keuangan 2021.
Komite independen menemukan bahwa direksi Evergrande berada di bawah standar karena terlibat dalam pengalihan pinjaman yang dijaminkan oleh unit Evergrande Property Services ke induk perusahaan.
Evergrande mengumumkan rencana restrukturisasi utang luar negeri, memberi opsi bagi kreditur untuk menukar utang mereka menjadi obligasi baru serta instrumen ekuitas yang didukung perusahaan dan dua anak usahanya yang tercatat di Hong Kong.
Evergrande menyebut 77 persen pemegang utang kelas A dan 30 persen pemegang utang kelas C menyatakan dukungan terhadap proposal restrukturisasi.
Evergrande mencatat rugi bersih 476 miliar yuan pada 2021 dan 105,9 miliar yuan pada 2022, berbanding laba 8,1 miliar yuan pada 2020 ketika operasi masih berjalan normal.
Evergrande melaporkan rugi 33 miliar yuan pada Januari hingga Juni, turun dari rugi 66,4 miliar yuan pada periode sama tahun sebelumnya. Perdagangan saham Evergrande kembali dibuka setelah 17 bulan, dengan nilai pasar sudah anjlok 79 persen dibanding sebelum ditangguhkan.