
PEMERINTAH Tiongkok pada Kamis (4/9) menolak tuduhan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menyebut bahwa parade Hari Kemenangan di Beijing menjadi ajang konspirasi antara Tiongkok, Rusia dan Korea Utara untuk melawan Washington.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Guo Jiakun mengatakan tujuan undangan kepada pemimpin asing dalam parade tersebut semata-mata untuk mempererat persatuan global.
"Tujuan undangan Beijing kepada tamu asing adalah untuk menyatukan negara-negara dan masyarakat yang cinta damai dalam mengenang sejarah, menghormati mereka yang telah berkorban, menghargai perdamaian dan menatap masa depan," katanya dalam konferensi pers di Beijing, seperti dikutip Global Times, Kamis (4/9).
Guo menegaskan bahwa hubungan diplomatik Tiongkok tidak diarahkan untuk menentang pihak lain.
"Pengembangan hubungan diplomatik Tiongkok dengan negara mana pun tidak pernah ditujukan pada pihak ketiga mana pun," tambahnya.
Parade besar di ibu kota Tiongkok pada Rabu (3/9) memperingati 80 tahun kemenangan dalam Perang Dunia II, yang oleh Beijing disebut sebagai Perang Perlawanan terhadap Agresi Jepang dan Perang Anti-Fasis Dunia.
Acara itu dihadiri sekitar 26 kepala negara, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, dengan Presiden Xi Jinping sebagai tuan rumah.
Trump sehari sebelumnya menulis di platform media sosial miliknya, Truth Social, menuduh Putin, Xi dan Kim berkonspirasi melawan AS.
Dia juga menyinggung banyaknya tentara Amerika yang gugur dalam perjuangan Tiongkok pada masa perang, sambil menekankan pentingnya menghormati pengorbanan mereka.
Rusia ikut membantah tuduhan Trump. Ajudan Presiden Rusia, Yuri Ushakov menegaskan tidak ada pembicaraan konspirasi di antara para pemimpin tersebut.
"Saya ingin mengatakan bahwa tidak ada yang berkomplot (melawan AS), tidak ada yang mengarang apa pun, tidak ada konspirasi. Lagipula, tidak ada yang memikirkan hal ini, tidak satu pun dari ketiga pemimpin ini yang memilikinya," ujarnya kepada jurnalis Pavel Zarubin dalam wawancara di Telegram.
Guo juga menyampaikan bahwa Xi memberi apresiasi atas dukungan internasional selama perjuangan Tiongkok melawan agresi masa lalu.
"Xi menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada pemerintah asing dan teman-teman internasional yang mendukung dan membantu rakyat Tiongkok dalam melawan agresi," jelasnya.
Pernyataan keras juga dilontarkan Beijing terhadap komentar Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, yang menyebut Tiongkok, Rusia, Irandan Korea Utara sebagai aliansi otokratis. Guo menyebut ucapan tersebut sarat prasangka.
"Pernyataan Kallas penuh dengan bias ideologis dan menunjukkan kurangnya pengetahuan sejarah dasar," ucapnya.
Trump sendiri dikenal memiliki pendekatan personal dalam kebijakan luar negeri dan beberapa kali mengungkapkan kekagumannya terhadap gaya kepemimpinan Putin, Xi, maupun Kim. (Fer)