Liputan6.com, Jakarta Pertemuan antara Levante dan Barcelona di pekan kedua La Liga 2025/2026 benar-benar menghadirkan drama sepak bola yang komplet. Ada gol, kontroversi, hingga comeback menegangkan yang membuat penonton terus terpaku hingga peluit akhir.
Bagi penggemar netral sekalipun, sulit untuk mengalihkan pandangan dari laga penuh emosi ini. Barcelona yang sempat tertinggal 0-2 dari tuan rumah di babak pertama mampu membalikkan keadaan lewat penampilan penuh determinasi di paruh kedua.
Gol dari Pedri dan Ferran Torres membuat skor imbang, lalu gol bunuh diri di masa injury time memberi Barcelona kemenangan yang semakin menguatkan reputasi mereka sebagai tim spesialis comeback. Namun, di balik sorotan utama, ada detail-detail penting yang mungkin luput dari perhatian.
Flick dan Dukungan untuk Fermin
Mengelola skuad yang penuh bintang bukan perkara mudah bagi pelatih Hansi Flick. Di musim keduanya bersama Barcelona, tantangan itu semakin besar seiring meningkatnya persaingan di dalam tim.
Melawan Levante, Flick membuat keputusan berani dengan memainkan Raphinha di posisi sentral untuk memberi ruang bagi Marcus Rashford di lini depan. Strategi itu berhasil, tetapi Fermin Lopez dan Dani Olmo jadi korban dengan hanya duduk di bangku cadangan.
Bagi Fermin, malam itu terasa berat karena ia tak mendapat satu menit pun kesempatan bermain. Namun, momen usai laga menunjukkan sisi manusiawi Flick.
Pelatih asal Jerman itu menghampiri Fermin, berbicara dengan tenang, dan memberi dukungan secara pribadi. Gestur sederhana itu penting untuk menjaga keharmonisan ruang ganti di tengah kompetisi internal yang begitu ketat.
Kontribusi Cubarsi untuk Gol Ferran
Pau Cubarsi mungkin tidak tampil dalam performa terbaiknya melawan Levante. Bek muda ini sempat kesulitan dan bahkan terlibat dalam gol pembuka tim lawan.
Namun, sepak bola kerap ditentukan oleh detail kecil, dan Cubarsi menyumbang satu momen penting yang jarang terlihat. Ia membuat blok krusial dalam proses gol penyama kedudukan yang dicetak Ferran Torres.
Usai pertandingan, Ferran berkata, “Di gol kedua, ‘Cuba’ juga membuat blok yang sangat bagus, itu sudah kami latih, lalu saya menyelesaikannya sebaik mungkin dengan kaki dalam, dan itu gol penting di menit penting.” Kutipan itu menegaskan kontribusi Cubarsi yang nyaris terlewat dari sorotan utama.
Blok itu mungkin tak masuk dalam highlight, tetapi perannya sangat vital. Dari situ terlihat, bahkan saat pemain menjalani malam sulit, satu kontribusi positif bisa mengubah jalannya pertandingan.
Lamine Yamal dan Pencarian Jawaban
Lamine Yamal kembali menunjukkan mengapa dirinya dianggap sebagai prospek besar Barcelona. Ia menciptakan masalah besar bagi bek Levante meski sempat frustrasi ketika usahanya tak berjalan mulus.
Yang menarik adalah cara Yamal merespons kesulitannya. Ia sering terlihat berdiskusi dengan staf pelatih, terutama Arnau Blanco, sosok yang pernah melatihnya di Cadete A dan kini menjadi bagian tim teknis Flick.
Flick sendiri juga beberapa kali memberi dorongan semangat kepadanya agar terus berusaha. Bahkan, Yamal sempat meminta bantuan fisioterapis untuk memijat kakinya yang terasa berat, tapi ia tetap tak menyerah.
Keteguhan itu membuahkan hasil di menit akhir. Umpannya memaksa Levante mencetak gol bunuh diri yang memastikan kemenangan dramatis Barcelona dengan skor 3-2.
Sumber: Barca Universal