
MANTAN Perdana Menteri Thailand, Thaksin Shinawatra, pada Jumat (5/9) meninggalkan negaranya menggunakan jet pribadi ke Dubai hanya beberapa jam sebelum parlemen dijadwalkan melakukan pemungutan suara untuk menentukan kepemimpinan baru.
Kepergiannya terjadi di tengah posisi politik keluarganya yang kian terdesak setelah serangkaian tekanan hukum dan politik.
Dalam unggahan di platform X, Thaksin menjelaskan awalnya berencana menjalani pemeriksaan medis di Singapura. Namun karena adanya penutupan bandara, penerbangannya dialihkan ke Dubai.
Di sana, ia mengaku juga akan menemui sejumlah sahabat sekaligus menjalani pemeriksaan terkait masalah pernapasan dan ortopedi.
Langkah Thaksin ini terjadi sepekan setelah putrinya, Paetongtarn Shinawatra, dicopot dari jabatan perdana menteri oleh Mahkamah Konstitusi akibat pelanggaran etika. Kasus Paetongtarn menghebohkan publik Thailand terkait bocornya pecakapan telepon dengan mantan PM Kamboja Hun Sen.
Pencopotan itu membuka jalan bagi parlemen untuk memilih pengganti. Kandidat konservatif diperkirakan mampu menyingkirkan Partai Pheu Thai dari posisi puncak pemerintahan yang telah dikuasai sejak pemilu 2023.
Sementara itu, Thaksin yang kini berusia 76 tahun dijadwalkan menghadiri sidang Mahkamah Agung pada 9 September mendatang. Agenda persidangan akan menentukan soal keringanan hukuman kasusnya.
Thaksin sebelumnya digulingkan lewat kudeta militer pada 2006 dan menghabiskan 15 tahun di pengasingan sebelum kembali ke Thailand pada Agustus 2023.
Saat itu, ia dijatuhi hukuman delapan tahun penjara atas kasus korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan di masa lalu. Namun, ia masuk rumah sakit dengan alasan kesehatan dan kemudian memeroleh pengampunan raja.
Meski saat ini tengah di luar negeri, Thaksin berjanji akan menghadiri sidang tersebut secara langsung.
“Saya berniat kembali ke Thailand selambat-lambatnya pada tanggal 8 untuk menghadiri sidang pengadilan secara pribadi,” ujarnya. (H-2)