Terungkap! Ini Trik Rahasia Meta Hapus 12 Juta Akun Palsu Penipu Online

Liputan6.com, Jakarta Meta kini semakin serius dalam memerangi sindikat penipuan siber di Asia Tenggara. Hal ini diungkap perusahaan dalam acara APAC Press Briefing – Meta’s Anti-Scams Efforts, Senin (1/9/2025).

Nathaniel Gleicher, Global Head of Security Policy and Counterfraud, dan Maxime Prades, Product Management Director, mengatakan, Meta telah mengambil langkah agresif untuk menekan angka penipuan di platform mereka, termasuk Facebook, Instagram, dan WhatsApp.

Menurut Nathaniel, sindikat penipuan di Asia Tenggara adalah yang paling berbahaya dengan memiliki pendapatan ilegal tahunan hingga USD 40 miliar atau sekitar Rp 656 triliun, dan banyak di antaranya menggunakan kerja paksa atau perbudakan modern.

Ada lebih dari 300.000 orang dipaksa untuk menjalankan penipuan tersebut. Itu artinya, dalam setiap kasus penipuan, ada dua korban: orang yang ditipu dan orang yang dipaksa menipu.

"Sering kali kami menemukan sindikat penipuan ini beroperasi di beberapa tempat di Asia Tenggara, di mana mereka menjalankan aksi penipuan paling berbahaya dan kriminal di dunia," ujar Gleicher.

Ia menambahkan, hingga tahun ini saja, mereka telah menghapus sekitar 12 juta akun palsu terhubung ke sindikat tersebut di seluruh platform Meta.

Maxime Prades, Product Management Director Meta, juga menjelaskan secara detail bagaimana sejumlah pembaruan produk telah diluncurkan untuk melawan aksi penipuan ini.

Salah satunya adalah pemanfaatan teknologi pengenalan wajah untuk mendeteksi, dan memblokir iklan penipuan menggunakan gambar figur publik atau selebriti.

Teknologi ini berhasil meningkatkan deteksi iklan palsu hingga 100 persen pada Juni-Juli 2025. Maxime juga menjelaskan tentang Scam Reports per Million Views (SRMV) sebagai metrik baru untuk mengukur prevalensi penipuan iklan.

Maxime menjelaskan, "terjadi penurunan laporan penipuan iklan sebesar 60 persen secara global dalam setahun terakhir. Ini menunjukkan upaya Meta dalam melawan penipuan siber cukup efektif."

Selain itu, pada tahun 2024, perusahaan juga berhasil menghapus 157 juta iklan penipuan, di mana 90 persen di antaranya dihapus secara proaktif sebelum ada laporan dari pengguna.

Meta menyadari, penipuan siber adalah tantangan lintas-masyarakat yang tidak bisa diatasi sendiri. Oleh karena itu, mereka memperkuat kemitraan dengan berbagai pihak, termasuk Google dan Microsoft melalui Global Signal Exchange.

Program ini memungkinkan pertukaran sinyal intelijen untuk mendeteksi ancaman sejak dini. Hasilnya, ada penurunan hampir 50 persen kasus kompromi akun di Facebook dan lebih dari 40 persen di Instagram pada kuartal terakhir.

Selain itu, raksasa teknologi tersebut juga bekerja sama dengan industri perbankan melalui program Fraud Intelligence Reciprocal Exchange (FIRE) memungkinkan bank dan lembaga keuangan berbagi informasi untuk melacak pergerakan penipu.

Sebagai contoh, sebuah sinyal dari Australia berhasil mengidentifikasi dan menghapus 3.000 profil, grup, dan halaman yang terkait dengan operasi money mule yang masif.

Lebih lanjut, perusahaan juga menjalin kerja sama erat dengan pemerintah, salah satunya dengan Kepolisian Singapura dan GovTech, untuk berbagi URL penipuan dan phishing.

Berkat kemitraan ini, Meta berhasil mengambil tindakan terhadap lebih dari 17.000 aset yang melanggar kebijakan.

Selain itu, Meta juga mengedukasi pengguna melalui kampanye seperti "Is This Legit" yang telah menjangkau lebih dari 43 juta orang.

Nathaniel menegaskan, solusi terbaik adalah menggabungkan teknologi platform, kemitraan lintas sektor, dan edukasi bagi pengguna untuk terus mempersempit ruang gerak para penipu.

Meski demikian, ia mengingatkan penipuan akan terus ada selama para pelaku tidak menghadapi konsekuensi hukum.