REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Influencer Tasya Farasya menjalani sleep therapy atau terapi tidur setelah mengalami insomnia akut yang berdampak pada kesehatannya. Dalam unggahan di Instagram Story, Tasya menyebut dirinya menderita insomnia akut dan hanya bisa tidur selama empat hingga lima jam setiap malam.
Namun dari waktu tidur tersebut, hanya sekitar 3 persen yang termasuk dalam fase tidur dalam (deep sleep). Sementara itu, 90 persen lainnya berupa tidur ringan atau umum disebut tidur ayam. la juga kerap terbangun di tengah malam sehingga kualitas tidurnya sangat terganggu.
"Dari 4-5 jam itu, gue deep sleep-nya ternyata cuma 3 persen, dan 90 persen sisanya tidur ayam doang," kata Tasya dalam unggahannya, dikutip pada Selasa (26/8/2025).
Dalam proses terapi, Tasya ditangani oleh dr Pukovisa Prawiroharjo, yang melakukan analisis menyeluruh terhadap pola tidurnya. Hasil rekaman tidur menunjukkan bahwa tahapan tidur Tasya terdiri atas N1 (31,1 persen) dan N2 (57,7 persen). Fase N1 dan N2 secara medis dikategorikan sebagai tidur ringan atau tidur ayam, di mana tubuh belum masuk ke tahap pemulihan yang optimal.
Lalu N3 atau deep sleep yang penting untuk pemulihan fisik dan sistem kekebalan tubuh hanya tercatat 7,8 persen. Sementara itu, fase REM Tasya, yang berperan dalam fungsi kognitif dan emosi hanya 3,5 persen.
Tidak hanya itu, Tasya juga mengungkap bahwa saturasi oksigen yang normalnya berada di angka 98 persen, sempat turun hingga 88 persen saat dirinya tidur. "Ini juga meresahkan karena saturasi oksigen aku bisa jadi cuma 88 persen, dan heart rate aku bisa setinggi 114. Padahal normalnya itu di 40-60," ujar Tasya.
Terapi yang dijalani Tasya dimulai dari tahap perekaman data tidur, dilanjutkan dengan analisis menyeluruh, dan penyusunan modul terapi yang disesuaikan secara personal. Terapi tersebut juga mencakup penggunaan delta waves dan pijat relaksasi untuk membantu tubuh mencapai fase tidur lebih dalam.
Seperti apa fase tidur ideal?
Dilansir laman Sleep Foundation, individu berusia 18 hingga 40 tahun disarankan untuk tidur 7 hingga 8 jam setiap malamnya. Tidur yang berkualitas bukan hanya soal durasi, tetapi juga soal struktur tidur yang seimbang.
Dalam tidur yang ideal, seseorang sebaiknya melalui empat hingga enam siklus tidur setiap malam, dengan masing-masing siklus berlangsung sekitar 90 hingga 120 menit. Selama siklus tersebut, tubuh akan berpindah dari tahap tidur ringan (N1 dan N2), masuk ke tidur dalam (N3), dan diakhiri dengan tidur REM.
Para ahli menyebutkan pada malam yang sehat, tubuh idealnya menghabiskan sekitar 20 hingga 25 persen waktu tidur di tahap REM, dan 13 hingga 23 persen dalam tahap deep sleep (N3). Tidur ringan (N1 dan N2) tetap penting, namun jika porsinya terlal dominan maka tidur tidak akan terasa menyegarkan, meskipun durasinya cukup.