REPUBLIKA.CO.ID, BELEM — Persiapan Pertemuan Perubahan Iklim PBB (COP30) di Belem Ibu Kota Negara Bagian Para, Brasil, di kawasan hutan hujan Amazon, terganjal masalah serius. Lonjakan harga akomodasi membuat ribuan delegasi, terutama dari negara berkembang, terancam gagal hadir.
Hingga 80 hari menjelang acara, media Brasil Globo melaporkan baru 47 dari 196 negara yang mengonfirmasi memesan penginapan. Lebih dari 70 persen delegasi belum memesan kamar karena tarif hotel melonjak hingga 15 kali lipat. Beberapa properti bahkan memasang harga 2.000 dolar AS atau sekitar Rp 32 juta per malam, jauh di luar jangkauan negara-negara miskin dan pulau kecil.
Survei Kantor PBB untuk Koordinasi Kerja Perubahan Iklim (UNFCCC) mencatat 87 persen delegasi menilai harga penginapan terlalu tinggi dibandingkan sumber daya yang tersedia. Sebanyak 57 persen juga mengeluhkan masa pemesanan minimum di platform resmi COP30 yang dinilai terlalu sempit.
Dari 129 delegasi yang gagal memesan, hampir semuanya berasal dari negara berkembang, termasuk 90 persen perwakilan LDC dan 94 persen negara pulau kecil.
Ketua COP30 André Corrêa do Lago menegaskan Belém telah menyiapkan 53 ribu ranjang, lebih banyak dari perkiraan kebutuhan 50 ribu peserta. Pemerintah federal dan negara bagian Pará juga membentuk tim khusus untuk menekan praktik spekulasi harga. “Semua aspek logistik, infrastruktur, dan keamanan sudah dipastikan,” bunyi pernyataan resmi pemerintah Brasil.
Namun, langkah itu tidak sepenuhnya meyakinkan. Wakil Presiden Dewan COP, Juan Carlos Monterrey Gómez dari Panama, menyebut kondisi ini bertentangan dengan prinsip inklusi. “Kita tidak bisa menyelenggarakan COP dalam kondisi yang mengecualikan partisipasi dan melanggar prinsip dasar multilateralisme,” katanya dikutip Climate Home News, Ahad (24/8/2025). Ia bahkan meminta agar lokasi COP30 dipindahkan ke kota besar lain di Brasil.
PBB kini mempertimbangkan menaikkan dana harian (DSA) untuk delegasi negara berkembang. Saat ini, DSA di Belém hanya 144 dolar AS per hari, lebih rendah dari tarif kamar termurah di platform resmi. Sebagai perbandingan, DSA di Rio de Janeiro mencapai 229 dolar, São Paulo 234 dolar, dan Paraty 435 dolar.
Pemerintah Brasil menolak memperluas subsidi ke negara dengan pendapatan setara atau lebih tinggi dari Brasil. Fokus tetap diarahkan pada LDC dan negara pulau kecil. Namun, mahalnya biaya sudah berdampak, yaitu sejumlah negara, termasuk Cina, dilaporkan akan memangkas separuh jumlah delegasi dibandingkan COP29 di Azerbaijan.
Di tengah tensi geopolitik dan krisis logistik, COP30 kini berada di persimpangan. Pertemuan yang seharusnya meneguhkan komitmen menjaga Amazon justru terancam gagal menjaga kebersamaan global dalam perjuangan iklim.