Jakarta (ANTARA) - PT Super Bank Indonesia (Superbank) mencatatkan laba bersih sebesar Rp20,1 miliar pada semester I 2025.
Dalam kurun waktu 12 bulan, Superbank telah dipercaya oleh hampir 4 juta nasabah sehingga memperkuat posisinya sebagai salah satu bank digital dengan pertumbuhan tercepat di tanah air.
"Mencapai profitabilitas dan melayani hampir 4 juta nasabah hanya dalam satu tahun sejak peluncuran digital adalah pencapaian luar biasa. Hal ini mencerminkan kekuatan model bisnis kami yang digital-first dan komitmen kami untuk menghadirkan layanan keuangan yang aman, relevan, dan mudah diakses oleh jutaan masyarakat Indonesia," kata Presiden Direktur Superbank Tigor M Siahaan dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat.
Bank yang didukung oleh Grab, Emtek, Singtel, dan KakaoBank ini mengusung strategi digital-first dan integrasi ekosistem untuk menjangkau segmen yang sebelumnya belum terlayani oleh bank konvensional.
Selain itu, Superbank mencatat lonjakan penyaluran kredit menjadi Rp8,4 triliun atau tumbuh 123 persen secara tahunan (yoy), yang turut mendorong kenaikan total aset menjadi Rp15 triliun, tumbuh 122 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Tigor mengatakan pertumbuhan ini ditopang oleh ekspansi produk pinjaman serta akuisisi nasabah yang agresif namun tetap terukur.
Dari sisi pendanaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat drastis 748 persen menjadi Rp8,4 triliun. Salah satu pendorong utama adalah inovasi produk seperti OVO Nabung by Superbank, rekening dompet digital (e-wallet) dengan bunga 5 persen per tahun yang memungkinkan pengguna OVO menabung secara langsung melalui aplikasi.
Lebih lanjut, pendapatan bunga bersih perusahaan tumbuh 171 persen yoy menjadi Rp667,6 miliar, didukung pendapatan bunga bruto yang naik 237 persen menjadi Rp904,7 miliar.
Perbaikan ini turut mengerek Net Interest Margin (NIM) ke level 10,2 persen, naik dari 8,1 persen pada tahun sebelumnya.
Tak hanya itu, efisiensi operasional juga membaik signifikan. Rasio biaya terhadap pendapatan (Cost to Income Ratio/CIR) merosot ke 74,2 persen dari 149,9 persen pada tahun sebelumnya.
Kualitas aset terjaga dengan baik, tercermin dari rasio kredit bermasalah (NPL Gross) yang turun ke 2,7 persen, dan NPL Net sebesar 0,98 persen.
"Transformasi digital kami telah membentuk fondasi bisnis yang tangguh dan efisien. Dengan pertumbuhan nasabah yang pesat dan pengelolaan risiko yang disiplin, kami siap untuk menjalankan tahap pertumbuhan berikutnya," jelas Tigor.
Dengan hampir 4 juta nasabah yang telah bergabung dalam waktu setahun, Superbank terus memperluas peran sebagai bank dengan layanan digital yang relevan dan inklusif.
"Sejalan dengan kerangka keberlanjutannya, Superbank aktif mendukung literasi keuangan melalui program edukasi bagi mitra pengemudi dan merchant Grab, serta mendorong pertumbuhan yang bertanggung jawab melalui inovasi yang berdampak. Superbank percaya bahwa pertumbuhan yang sehat harus dibarengi dengan kontribusi nyata terhadap masyarakat, dan inilah fondasi yang akan dibawa ke fase transformasi berikutnya," imbuhnya.
Baca juga: Superbank: Kredit tumbuh 195 persen jadi Rp3,74 triliun hingga Q2 2024
Baca juga: Superbank dapat tambahan investasi Rp1,2 triliun dari pemegang saham
Baca juga: Superbank pastikan kehadirannya di aplikasi Grab tak saingi OVO
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.