
Sumber Daya Manusia (SDM) untuk operasional Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) perlu dipersiapkan secara matang. Pemerintah dapat mengirim tenaga ahli nuklir untuk belajar di negara-negara maju yang mengoperasionalkan PLTN.
Hal ini disampaikan anggota pemangku kepentingan Dewan Energi Nasional (DEN), As Natio Lasman, dalam forum diskusi terkait PLTN yang digelar Forum Pekerja Radiasi yang berada di bawah naungan PT Intergy Indonesia, Rabu (30/7).
"Indonesia harus belajar dari Amerika, Rusia dan China serta mengirimkan tenaga ahlinya untuk belajar mengoperasionalkan reaktor nuklir," ungkap As Natio.
Mengirimkan tenaga ahli nuklir ke negara-negara yang terlebih dahulu mengoperasionalkan reaktor nuklir, bagi As Natio, sangatlah penting mengingat ke depannya Indonesia akan membangun PLTN di 29 titik lokasi, seperti di Bangka Belitung dan Kalimantan Barat.
Saat disinggung kenapa Indonesia harus membangun PLTN, As Natio menjelaskan, hal ini terkait efisiensi. Menurutnya, 1 gram uranium setara dengan 3 ton batu bara untuk menghasilkan panas yang sama.
Materi uranium sebagai bahan utama PLTN, kata As Natio, banyak terdapat di Kalimantan, Mamuju Sulawesi dan Sumatera sehingga Indonesia tidak akan kekurangan cadangan.

Peningkatan SDM Tenaga Nuklir Indonesia
Sementara itu Direktur PT Intergy Indonesia, Muhammad Mauliddin Nugraha, menuturkan pihaknya ditunjuk secara langsung oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) sebagai lembaga pelatihan bersertifikasi pada bidang tenaga nuklir., Lembaganya, lanjut Mauliddin, mampu menyertifikasi para pekerja seperti petugas proteksi radiasi dan petugas keamanan zat radioaktif.
"Tugas kami pada forum ini adalah memberikan wawasan terkait Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang dalam waktu dekat akan dibangun di Indonesia. Dengan materi yang kami paparkan diharapkan para peserta memahami seberapa besar peluang serapan tenaga kerja serta bidang-bidang apa saja yang dibutuhkan di PLTN tersebut," jelas Mauliddin dalam kesempatan yang sama.
Jika PLTN jadi dibangun di Indonesia dalam waktu dekat, Mauliddin menambahkan dari sisi pengadaan SDM sesungguhnya Indonesia dinilai sudah mampu.
Mauliddin menambahkan salah satunya Indonesia memiliki Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir yang kini berubah menjadi Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia yang berada di Yogyakarta.
Di bawah otoritas BRIN, kata Mauliddin, politeknik tersebut menyelenggarakan pendidikan formal vokasi untuk mencetak para ahli dibidang teknologi nuklir. Sedangkan PT Intergy Indonesia bertugas menyelenggarakan pelatihan dan memberikan kompetensi khusus dibidang ketenaganukliran untuk para pekerja dibidang industri nuklir.