Sawah, Kerbau, dan Kearifan yang Terlupa

15 hours ago 1
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Image Muliadi Saleh

Teknologi | 2025-09-07 10:52:49

Oleh: Muliadi Saleh

Ada saat-saat tertentu dalam hidup ketika suara alam jauh lebih fasih daripada kata manusia. Suara lenguhan kerbau di sawah, gemericik air irigasi, atau desir angin yang mengusap pucuk padi muda, seringkali lebih menenangkan daripada ribuan pidato pembangunan. Di tengah hiruk-pikuk modernitas, kearifan lokal pertanian tampak seperti bisikan lirih yang hampir tenggelam—namun justru di situlah tersimpan kebijaksanaan yang kita perlukan.

Suatu pagi di pedesaan, embun masih bergelayut di pucuk padi, matahari menguak kabut perlahan, dan seorang petani menuntun kerbaunya ke sawah. Tidak ada deru mesin, tidak ada asap knalpot, hanya kesunyian yang dipenuhi kehidupan. Dengan langkah sabar, kerbau itu menarik bajak, membuka tanah yang lembap, menyiapkan rahim bumi agar sudi melahirkan kehidupan baru.

Pemandangan itu sederhana, namun sarat makna. Para petani pelestari kearifan lokal memilih setia pada cara-cara alami. Mereka membajak sawah dengan kerbau, menanam padi dengan tangan, memupuk dengan kompos dan kotoran ternak. Semua itu bukan sekadar “cara lama” yang romantis, melainkan cara hidup yang menghormati bumi. Tanah tidak dipandang sekadar media produksi, melainkan ibu yang melahirkan kehidupan, yang harus dijaga kesehatannya agar tetap mampu memberi.

Dalam sebuah diskusi dengan seorang petani tua, saya mendengar kisah yang menggetarkan. Ia berkata, hanya pemilik kerbau yang setiap hari memberi makan dan merawatnya, yang bisa menyuruh kerbau itu membajak sawah. Jika orang lain mencoba, kerbau enggan bergerak. Ada ikatan batin yang tumbuh dari kasih sayang, sebuah kesetiaan yang tak bisa dipaksa. Pelajaran sederhana, namun mendalam: kerja sama sejati lahir dari perawatan, bukan sekadar perintah.

Kearifan lokal pertanian menyimpan begitu banyak pesan. Tentang membaca musim, misalnya. Petani tradisional tidak mengandalkan aplikasi digital, melainkan membaca tanda-tanda alam: arah angin, perilaku burung, bahkan perubahan warna langit. Semua itu diwariskan turun-temurun sebagai ilmu kehidupan yang membumi. Tentang memuliakan tanah juga, mereka tidak menjejali bumi dengan pupuk kimia, tetapi memberinya makanan alami. Tanah yang sehat akan melahirkan padi yang sehat, dan pangan yang sehat berarti kehidupan yang lebih baik.

Namun, di era modern, kita sering melupakan wajah asli pertanian ini. Kita lebih sibuk mengejar hasil cepat, mesin besar, atau pupuk instan. Kita lupa bahwa sawah bukan sekadar pabrik beras, melainkan ruang hidup yang menyimpan filosofi. Kita lupa memberi hormat pada petani, padahal dari tangan merekalah makanan kita lahir. Bukankah setiap suapan nasi di meja makan seharusnya membuat kita berterima kasih kepada mereka?

Kerbau dan petani adalah guru yang sabar. Kerbau hanya taat pada tuannya karena ada cinta dalam perawatan. Begitu pula tanah: ia memberi hasil terbaik hanya kepada mereka yang menjaganya dengan penuh hormat. Bila bumi dipaksa, ia akan lelah dan gersang. Bila ia disayangi, ia akan melimpahkan berkah tanpa henti.

Kearifan lokal tidak berarti menolak kemajuan. Ia justru fondasi agar kita tidak kehilangan arah di tengah derasnya teknologi. Membajak sawah dengan kerbau memang tak secepat traktor, tetapi ia menyimpan filosofi tentang kesabaran, harmoni, dan cinta pada kehidupan. Nilai-nilai itulah yang justru paling kita butuhkan di zaman serba instan.

Pada akhirnya, menghargai petani berarti juga menghargai kehidupan kita sendiri. Tanpa mereka, meja makan akan kosong. Tanpa tanah yang subur, tidak ada nasi, buah, atau sayuran yang bisa kita nikmati. Maka, mari belajar dari sawah, dari kerbau, dari petani: bahwa hidup sejati lahir dari kesetiaan, perawatan, dan kebersahajaan.

Dan suatu hari nanti, ketika kita kembali menatap hamparan sawah yang hijau, semoga kita tidak hanya melihat bulir padi yang siap panen. Semoga kita juga melihat jejak kearifan yang diwariskan, yang mengajarkan kita untuk lebih manusiawi, lebih bersahabat dengan alam, dan lebih rendah hati pada tanah yang selalu kita pijak.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article