
Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara sedang merencanakan pembangunan 17 kilang minyak modular sebagai bagian dari kerja sama energi dengan Amerika Serikat (AS).
Proyek senilai USD 8 miliar atau sekitar Rp 130,44 triliun (kurs Rp 16.305 per dolar AS) ini bakal dirancang untuk mengolah impor minyak mentah (crude oil) dari AS.
CEO Danantara Rosan Roeslani mengatakan pembangunan 17 kilang merupakan bagian dari kesepakatan tarif impor antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Prabowo Subianto. Indonesia sebelumnya dikenakan tarif 32 persen, lalu dipangkas menjadi 19 persen.
“Nah mengenai investasi di refinery ini, ya memang itu adalah salah satu komitmen kerja sama yang ingin dilakukan bersama-sama dengan perusahaan Amerika. Karena kalau kita lihat salah satu di dalam kesepakatan itu kan kita akan melakukan impor dari crude oil ke Indonesia,” ujar Rosan di Kantor Kementerian Investasi, Jakarta, (29/7).
Rosan menjelaskan desain kilang nantinya akan disesuaikan dengan karakteristik minyak mentah dari negara pemasok. Dengan pergeseran impor minyak dari Nigeria dan Arab Saudi ke AS, maka kebutuhan refinery baru menjadi krusial.
“Refinery itu harus sesuai dengan karakteristik dari setiap crude oil yang diimpor ini. Dan tentunya kalau ini dari Amerika, ya investasinya juga kita sesuaikan refinery-nya juga dari karakteristik crude oil dari negara tersebut,” terang Rosan.
Rosan memastikan rencana tersebut tidak akan membebani keuangan negara karena merupakan bagian dari strategi bisnis bersama. Mengenai lokasi, Rosan menyebut pembangunan kilang itu masih dalam tahap kajian bersama Kementerian ESDM.
Dia juga membuka peluang proyek ini bakal dibangun di Indonesia atau di luar negeri sesuai hasil kajian bisnis.
“Memang tentunya kita akan lihat dari segi paling terutama itu efisiensinya. Untuk lebih dekat dengan bukan hanya demandnya tetapi juga dengan resourcesnya. Kita masih ya coba inventariskan awal bersama-sama dengan ESDM juga, lokasi-lokasinya, karena kembali lagi ini kan small modular,” tutur Rosan.
Sebelumnya, Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Indonesia memang akan berinvestasi besar-besaran di AS, mulai dari membeli produk energi hingga bangun kilang dengan total investasi USD 34 miliar untuk mengurangi defisit perdagangan AS dan Indonesia. Khusus kilang, investasinya USD 8 miliar.
“Jadi dari situ (investasinya) sudah sekitar USD 34 billion,” kata Airlangga kepada media saat ditemui di Prancis, Selasa (15/7).