REKTOR Universitas Islam Bandung atau Unisba A. Harits Nu'man menyatakan pihaknya menolak anarkisme dan politisasi di kampus pacca kerusuhan demonstran dengan polisi pada Senin malam, 1 September 2025 di depan kampus Jalan Tamansari. Unisba, menurut dia, akan lebih selektif untuk memberikan bantuan juga layanan posko evakuasi korban demonstrasi.
“Mohon maaf bagi kelompok anarkis itu tidak ada tempat di kampus Unisba,” kata Harits di gedung Rektorat Unisba, Selasa, 2 September 2025.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Belakangan sejak muncul demonstrasi di Bandung, salah satunya di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Barat, Unisba membuka posko kesehatan dan evakuasi korban unjuk rasa. Pada Jumat, 29 Agustus 2025, mereka kedatangan 208 korban aksi, sebanyak enam orang diantaranya dirujuk ke rumah sakit.
Sementara yang terbaru pada Senin, 1 September 2025, ada 62 korban. “Keluhannya sama yaitu sesak nafas, ada juga yang kena pukulan,” kata Harits. Di antara korban yang dirujuk ke rumah sakit, ada seorang mahasiswa Unisba karena terkena pukulan benda tumpul.
Menurut Harits, setelah terjadi kerusuhan, ada beberapa pihak yang mendesak agar Unisba menutup posko kesehatan dan evakuasi korban aksi. “Ada beberapa pimpinan yang menyarankan Unisba sekarang off dulu untuk membuka posko bantuan atau relawan medis,” kata dia. Namun, sejauh ini rektorat Unisba masih mempertimbangkan apakah posko akan tetap dibuka atau dihentikan layanannya.
Harits juga mengatakan rektorat akan selektif menerima korban aksi. Dari hasil identifikasi, menurut dia, tidak semua korban adalah mahasiswa. “Ada beberapa korban yang kita tangani dalam keadaan mabuk, bau alkohol, matanya sayu bukan karena kurang tidur tapi menunjukkan di bawah pengaruh obat, itu yang kita hindari,” kata dia.
Menurut Harits, posko kesehatan dan evakuasi korban demonstrasi dibentuk sejak 2019 dan bertempat di aula kampus. Saat itu, mahasiswa dan elemen masyarakat lainnya turun ke jalan memprotes Omnibus Law.
Menurut Wakil Rektor III Unisba Amrullah Hayatudin, posko kesehatan itu merupakan bentuk kepedulian kemanusiaan. “Fokus kami adalah memberikan layanan kemanusiaan bukan mendukung aksi anarkis atau hal serupa,” kata dia lewat keterangan tertulis, Sabtu, 30 Agustus 2025.
Di posko kesehatan itu, Unisba menyediakan tenaga medis, alat medis hingga ambulans. Fasilitas yang disediakan mencakup alat pemeriksaan kegawat daruratan seperti stetoskop, oksimeter, peralatan medis dasar, P3K, hingga logistik penunjang berupa makanan dan minuman bagi petugas medis.
Kampus Unisba sebelumnya disebut menjadi sasaran penyerangan aparat. Di media sosial, beredar rekaman CCTV yang menunjukkan kerusuhan di sekitar kampus dan penembakan gas air mata. Rektor Unisba mengklaim tidak ada polisi yang masuk ke dalam kampus saat terjadi kerusuhan pada Senin malam, 1 September 2025. “Kami tidak melihat aparat kepolisian berpakaian preman masuk ke dalam kampus, itu murni semuanya demonstran yang di-sweeping masuk ke area kampus,” kata Harits.
Menurut Harits, usai demo yang berlangsung di Gedung DPRD Jawa Barat, ada massa yang bergerombol hingga memblokir jalan dari sekitar Taman Radio, Purnawarman, Hariangbanga atau Ranggagading, juga Jalan Tamansari antara kampus Unisba dan Universitas Pasundan (Unpas) yang lokasinya berseberangan. “Gerombolan itulah yang menjadi pemicu sebetulnya yang dalam tanda petik di medsos itu disebutkan aparat polisi menyerang kampus Unisba,” ujarnya.