
PARTAI politik di Indonesia seyogianya melakukan regenerasi sesegera mungkin. Itu karena politik di Tanah Air sedang dalam era dengan komposisi dominasi pemilih muda. Itu merupakan fakta yang mestinya menjadi dorongan bagi para ketua umum partai untuk melakukan peremajaan.
"Jika partai-partai tidak melakukan regenerasi, resikonya mereka akan kehilangan dukungan elektoral," ujar Pengamat politik Citra Institute Efriza saat dihubungi, Minggu (10/8).
Menurutnya, regenerasi bukan sekadar usia kader, melainkan juga pembaruan cara berpikir, metode kampanye, dan gaya kepemimpinan. Itu sejalan dengan pemilih muda yang cenderung lebih kritis, jenuh dengan wajah lama dan mencari figur yang mampu merepresentasikan mereka.
Efriza tak menampik proses itu membutuhkan waktu. Karenanya hal tersebut perlu dilakukan sesegera mungkin. Partai yang hanya menjadikan kader muda sebagai hiasan etalase juga dinilai tidak akan memberi perubahan nyata yang berarti.
"Regenerasi kepartaian dianggap berhasil oleh publik, justru memadukan energi dan ide segar anak muda dengan pengalaman dan jejaring tokoh senior sehingga struktur partai terus berkembang, tetap solid, juga sesuai mengikuti perkembangan realitas bonus demografi sebagai pemilih," jelas dia.
Konsekuensinya, lanjut Efriza, jika partai-partai besar tidak segera beradaptasi, suara mereka akan stagnan. Itu akan menjadikan mereka sebagai partai tengah dan tidak mampu memperoleh suara mayoritas.
Sejauh ini, dia menilai regenerasi di partai-partai politik di Indonesia bisa dibilang baru sampai tahap wacana dan kosmetik, belum sepenuhnya berada di jalur yang benar. Banyak partai masih memandang regenerasi sebatas menampilkan figur-figur muda saat menuju pencalegan dengan nomor urut besar, sekadar dilibatkan saat kampanye, atau di posisi non-strategis kepartaian.
Sementara struktur inti dan kendali keputusan tetap dipegang oleh elite-elite senior. Akibatnya, regenerasi belum menghasilkan perubahan budaya politik gaya anak muda. "Jadi tantangannya adalah partai harus berani membuka pintu seleksi yang transparan, memberi ruang bagi kader muda untuk memimpin wilayah strategis, dan menyiapkan mereka untuk maju di kontestasi besar tanpa sekadar menjadi pelengkap," kata Efriza.
Hal itu berkaitan dengan pernyataan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh yang akan mendorong transformasi regenerasi partai, sekaligus memberikan ruang bagi generasi muda di pemilu 2029. Efriza menilai hal tersebut merupakan wujud kesadaran dari Surya dan manuver politik yang strategis.
"Dengan Surya Paloh memberikan ruang kepada anak muda, NasDem dapat membentuk citra sebagai partai yang peduli terhadap anak muda, partai yang progresif dan adaptif, dampak yang diharapkan adalah adanya banyak ide segar dan energi baru menjalankan pengorganisasian partai politik," terang Efriza. (Mir/I-1)