
PRESIDEN Rusia Vladimir Putin menegaskan siap melanjutkan perang hingga semua tujuan tercapai, bila Ukraina tidak bersedia mencapai kesepakatan damai. Hal itu ia sampaikan di Beijing usai menghadiri parade militer besar yang dinilai sebagai sinyal tantangan terhadap Amerika Serikat dan sekutunya.
Putin menyebut ada “secercah harapan” untuk mengakhiri konflik, namun menegaskan Rusia tidak akan melepaskan wilayah Donbas yang telah dikuasai. Ia kembali menuntut agar Ukraina tidak bergabung dengan NATO serta menghentikan diskriminasi terhadap warga etnis Rusia, yang sejak awal dijadikan dalih invasi pada Februari 2022.
Menyinggung peluang pertemuan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Putin mengatakan hal itu membutuhkan persiapan matang agar membuahkan hasil. Namun, ia menambahkan Zelensky “bisa saja datang ke Moskow,” pernyataan yang segera ditolak keras oleh pihak Ukraina.
Donald Trump Dorong Putin ke Meja Perundingan
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump mengklaim telah berupaya mendorong Putin menuju meja perundingan, termasuk dalam pertemuan di Alaska bulan lalu. Trump menyebut Putin “tahu di mana posisinya” dan lebih memilih mengejar kesepakatan damai daripada sekadar gencatan senjata. Meski begitu, serangan Rusia justru makin gencar. Dalam satu malam, pasukan Moskow meluncurkan lebih dari 500 drone dan 24 rudal jelajah ke berbagai kota Ukraina.
Dukungan Barat terhadap Ukraina juga terus menguat. Menteri Pertahanan Inggris John Healey, saat berkunjung ke Kyiv, menegaskan negaranya siap meningkatkan tekanan ekonomi terhadap Rusia sekaligus memperbesar bantuan militer bagi Ukraina. Inggris bahkan mengalihkan £1 miliar aset Rusia yang disita untuk dijadikan perlengkapan tempur bagi Kyiv. “Uang kotor Putin kami kembalikan dengan bunga,” ujarnya.
Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron dijadwalkan memimpin pertemuan “Coalition of the Willing” pada Kamis (5/9) bersama negara-negara pendukung Ukraina. Salah satu agenda utama adalah mengamankan dukungan AS untuk memperluas jaminan keamanan bagi Ukraina dan mendorong Rusia menuju gencatan senjata. (BBC/Z-2)