Presiden RI Jenderal (Purn) Prabowo Subianto saat meresmikan Gedung Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) Mahar Mardjono, Jalan MT Haryono, Jakarta Timur, Selasa (26/7/2025) sore WIB.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden RI Jenderal (Purn) Prabowo Subianto menyampaikan, bahwa Indonesia masih kekurangan sekitar 70 ribu dokter spesialis. Adapun Indonesia saat ini baru bisa mencetak 2.700-an dokter spesialis setiap tahun.
Dia menegaskan, jika kondisi itu dibiarkan, butuh waktu hingga 35 tahun untuk memenuhi kekurangan tersebut. Sehingga dibutuhkan langkah-langkah luar biasa dan tidak bisa lagi dengan pola business as usual.
"Jadi kita harus berupaya dengan langkah-langkah yang tidak bisa normatif. Mengejar pembangunan Indonesia, mengejar kesejahteraan Indonesia, tidak bisa business as usual, tidak bisa. We have to work harder, we have to do our best," ucap Prabowo saat meresmikan Gedung Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) Mahar Mardjono, Jalan MT Haryono, Jakarta Timur, Selasa (26/7/2025) sore WIB.
Menurut Prabowo, pemerintah juga menargetkan pembangunan 500 rumah sakit (RS) berkualitas tinggi di seluruh kabupaten dalam empat tahun ke depan. Selain itu, pemerintah turut menyiapkan pembukaan 148 program studi baru di 57 fakultas kedokteran, termasuk spesialis dan subspesialis.
"Target saya akan ada 30 fakultas kedokteran baru insya Allah untuk mengejar tadi 70 ribu spesialis dan dokter umum kekurangannya adalah 140 ribu. Kalau tidak ya kita tunggu 35 tahun," ujar RI 1.
Dengan berbagai visi tersebut, Prabowo menegaskan, keyakinannya bahwa Indonesia mampu mengejar ketertinggalan di bidang kesehatan. "Di hati kita kalau kita punya niat, insyaallah kita akan mencapai itu. We have the resources, we have to manage our resources," ujar Prabowo.