Pemimpin Hizbullah Sheikh Naim Qassem berbicara di Beirut, Lebanon, 13 Oktober 2023.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah Naim Qassem menyatakan pada Senin (25/8/2025), gerakan tersebut tidak akan menyerahkan senjatanya. Qassem menuduh Pemerintah Lebanon tunduk pada tekanan Amerika dan Israel dengan menyetujui rencana untuk melucuti senjata kelompok perlawanan.
Dalam sebuah rekaman pidato dari pinggiran selatan Beirut, Qassem yang menghadiri upacara peringatan untuk ulama Ali al-Moussawi, menggambarkan keputusan pemerintah tersebut sebagai "perbuatan dosa" dan bertentangan dengan piagam negara Lebanon. "Siapa pun yang ingin melucuti senjata kami ingin mengambil jiwa kami, dan kemudian dunia akan melihat kekuatan kami," ujar dia seperti dikutip Republika dari Al Mayadeen, Selasa (26/8/2025).
Qassem bertanya, "Apakah Anda berharap kami meletakkan senjata setelah mengorbankan 5.000 pejuang dan komandan senior?" Ia menekankan Hizbullah tidak akan pernah menyerahkan senjatanya dan membiarkan Israel beroperasi secara bebas menghabisi para pejuang.
Qassem menambahkan, jika pemerintah tidak menarik keputusannya, mereka terbukti tidak dapat dipercaya dalam melindungi kedaulatan Lebanon. Pemimpin Hizbullah tersebut meminta pihak berwenang untuk mengadakan sesi dialog guna memulihkan kedaulatan, mempersenjatai tentara Lebanon, dan menetapkan strategi pertahanan nasional.