Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif NEXT Indonesia Center Christiantoko berpendapat pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,12 persen (year-on-year/yoy) pada kuartal II-2025 menjadi sinyal baik untuk perkembangan ke depan.
Menurut dia, angka itu menjawab kekhawatiran soal daya beli masyarakat, kinerja industri pengolahan, serta investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB).
“Ada tiga hal yang menarik dari pengumuman BPS, sekaligus memberikan sinyal baik bagi perekonomian ke depan,” ujar Christiantoko dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Terkait daya beli, kinerja konsumsi masyarakat terlihat menguat dengan pertumbuhan sebesar 4,97 persen (yoy). Christiantoko meyakini catatan ini menepis anggapan bahwa daya beli masyarakat sedang menurun.
Angka itu, kata dia, juga didukung oleh survei penjualan eceran yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI), seperti ditunjukkan melalui Indeks Penjualan Riil (IPR) yang masih ada di atas angka 200 (<100 = pesimis; >100= optimis).
Proyeksi pada Juni pun diperkirakan mencapai 233,7, lebih tinggi dari realisasi bulan sebelumnya yang sebesar 232,4.
Di sisi lain, simpanan masyarakat di bank pada Mei 2025, seperti dicatat oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), mengalami pertumbuhan 4,02 persen (yoy). Nilainya naik menjadi Rp9.109 triliun dari sebelumnya Rp8.757 triliun pada Mei 2024.
Secara parsial, simpanan dengan isi rekening rata-rata di bawah Rp100 juta per rekening, tumbuh 3,75 persen.
Perkembangan tersebut, menurut dia, mengisyaratkan bahwa masyarakat masih punya uang dan daya belinya tetap terjaga.
“Kemungkinan yang terjadi adalah pola belanja yang mengalami perubahan, sehingga memunculkan istilah Rojali atau rombongan jarang beli dan Rohana atau rombongan hanya nanya-nanya,” tambahnya.
Dari sisi industri pengolahan, lapangan usaha yang per Februari 2025 tercatat menyerap 19,6 juta tenaga kerja, tiga terbesar setelah sektor pertanian dan perdagangan. Pada kuartal II-2025, sektor ini tumbuh 5,68 persen (yoy), menjadi yang tertinggi sejak 2022.
“Membaiknya kinerja sektor pengolahan ini merupakan kabar bagus, karena diharapkan memberikan gairah terjadinya reindustrialisasi ke depan,” kata Christiantoko.
Soal investasi, komponen PMTB tumbuh 6,99 persen (yoy). Jika dilihat dari jenis aset yang diinvestasikan, komponen mesin dan perlengkapan menjadi pemicu utama dari kenaikan komponen investasi. Investasi untuk aset mesin dan perlengkapan tumbuh 25,30 (yoy) pada kuartal II-2025.
Christiantoko menyebut perkembangan itu selaras dengan peningkatan yang cukup impresif di sisi produksi industri mesin dan perlengkapan yang mampu tumbuh 18,75 persen, tertinggi dalam 24 tahun terakhir.
Kinerja itu pun selaras dengan pengumuman BPS sebelumnya, yakni tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2025 yang turun menjadi 4,76 persen dibandingkan Februari 2024 sebesar 4,82 persen.
Kenaikan investasi tersebut dinilai membuka potensi besar untuk penyerapan tenaga kerja.
Maka dari itu, dia mengingatkan pemerintah agar tidak lengah dengan data-data yang dipublikasikan oleh BPS tersebut.
“Momentum pertumbuhannya harus dijaga, jangan sampai kendor. Terutama untuk konsumsi rumah tangga dan investasi yang keduanya berkontribusi lebih dari 70 persen terhadap perekonomian nasional,” tuturnya.
Baca juga: PCO: Multiplier effect investasi dorong ekonomi RI tumbuh 5,12 persen
Baca juga: Investasi dongkrak ekonomi, PCO soroti adanya "lag" PMTB dan PMI
Baca juga: Istana nilai ekonomi tumbuh 5,12 persen hasil stimulus pemerintah
Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.