Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia melancarkan serangan udara terbesar sejak invasi 2022, menembakkan 13 rudal dan 805 drone ke Ukraina dalam satu malam. Serangan brutal ini menghantam gedung utama pemerintah di Kyiv, menewaskan sedikitnya empat orang termasuk seorang bayi, serta melukai lebih dari 20 lainnya.
Angkatan Udara Ukraina menyebut serangan itu sebagai yang terbesar sepanjang perang. Dari total 805 drone dan 13 rudal yang diluncurkan, sebanyak 751 drone dan empat rudal berhasil ditembak jatuh sistem pertahanan udara.
Meski begitu, serangan tetap menimbulkan kerusakan besar di Kyiv, Odesa, Kryvyi Rih, Zaporizhzhia, hingga wilayah Sumy dan Chernihiv.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengecam serangan tersebut sebagai "kejahatan yang disengaja" dan menegaskan kembali seruannya agar sekutu memperkuat pertahanan udara Ukraina.
"Pembunuhan seperti itu sekarang, ketika diplomasi sejatinya bisa dimulai sejak lama, adalah perpanjangan perang yang disengaja," kata Zelenskiy di X, seperti dikutip Reuters, Senin (8/9/2025).
Asap tebal terlihat membumbung dari gedung utama pemerintah di distrik Pecherskyi, Kyiv. Perdana Menteri Ukraina Yulia Svyrydenko menyebut serangan ini sebagai pukulan simbolis, karena untuk pertama kalinya sejak perang pecah, gedung pemerintahan utama berhasil ditembus serangan Rusia.
Serangan Rusia mendapat kecaman dari sekutu Barat. Perdana Menteri Polandia Donald Tusk menilai penundaan aksi keras terhadap Putin adalah kesalahan besar. Dari Washington, utusan AS untuk Ukraina Keith Kellogg menilai serangan ini menunjukkan eskalasi konflik.
"Ini bukan sinyal bahwa Rusia ingin mengakhiri perang secara diplomatis," tulis Kellogg di X.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent menambahkan bahwa tekanan ekonomi tambahan dari Barat dapat mendorong Presiden Vladimir Putin menuju meja perundingan.
Sebagai balasan, Ukraina menyerang jaringan pipa minyak Druzhba di wilayah Bryansk, Rusia. Militer Ukraina menyebut serangan tersebut menimbulkan kerusakan serius pada infrastruktur energi, yakni tulang punggung ekonomi Moskow, dengan tujuan melemahkan pendanaan perang.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Menlu Putin Umumkan Rusia Siap Damai ke Ukraina