
POLA makan akan berubah dengan bertambahnya usia. Mulai dari jenis makanan, porsi, maupun waktu makannya. Namun, hubungan antara waktu makan dan kesehatan masih belum banyak dipahami.
Ditemukan bahwa orang dewasa lanjut usia mengalami perubahan waktu makan secara bertahap seiring bertambahnya usia. Temuan ini termuat dalam penelitian terbaru dari Mass General Brigham dan kolaboratornya.
Studi ini juga mengungkap beberapa faktor yang memengaruhi perubahan tersebut. Sekaligus menemukan adanya pola tertentu yang berkaitan dengan risiko kematian lebih tinggi. Temuan ini dipublikasikan dalam Communications Medicine.
Menurut Hassan Dhasti, PhD, RD, ahli gozo dan biolog sirkadian dari Massachusetts General Hospital, waktu sarapan dapat menjadi penanda sederhana. Untuk memantau kesehatan diri seseorang.
“Perubahan waktu makan, khususnya sarapan, bisa menjadi indikator awal adanya masalah kesehatan fisik atau mental. Pasien dan tenaga medis bisa memanfaatkannya sebagai tanda peringatan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut,” ujar Dashti.
Ia juga menambahkan bahwa menjaga konsistensi jadwal makan, termasuk sarapan. Dapat menjadi salah satu strategi penting untuk mendorong penuaan yang sehat dan menjaga usia harapan hidup.
Dashti dan timnya menganalisis data lebih dari 2.900 orang dewasa berusia 42-49 tahun di Inggris. Mereka diikuti selama 20 tahun untuk mempelajari pola waktu makan dan hubungannya dengan kondisi kesehatan serta risiko kematian.
Hasilnya menunjukkan seiring bertambahnya usia, orang cenderung sarapan dan makan malam lebih larut. Durasi waktu yang tersedia untuk makan dalam satu hari kini semakin terbatas.
Yang mengejutkan, kebiasaan sarapan terlalu siang ternyata memiliki keterkaitan dengan berbagai masalah kesehatan, seperti:
- Gangguan kesehatan mental, termasuk depresi dan kelelahan.
- Kualitas tidur yang lebih buruk
Penelitian ini juga mengungkap bahwa ada orang dengan kecenderungan genetik sebagai “night owl” atau si burung hantu malam. Mereka yang terbiasa tidur dan bangun larut cenderung makan lebih siang dibandingkan dengan individu yang memiliki pola tidur normal.
Dashti menekankan, temuan ini memberikan gambaran baru tentang pentingnya sarapan tepat waktu, “Selama ini kita kurang memahami bagaimana pola makan berubah. Seiring bertambahnya usia dan bagaimana hal itu berdampak pada kesehatan. Sarapan lebih larut berkaitan dengan kesehatan sekaligus meningkatkan risiko kematian,” jelasnya.
Hal ini juga memberi perspektif baru terkait tren intermittent fasting dan time-restricted eating. Pada orang muda, metode ini mungkin memberi manfaat, tetapi pada lansia, dampaknya bisa berbeda.
Studi ini didukung oleh National Institute of Health. Serta, melibatkan peneliti dari Massachusetts General Hospital dan beberapa institusi lainnya. (Science Daily/Z-2)