Pemimpin oposisi Israel mengkritik Presiden AS Donald Trump yang meminta sidang korupsi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dibatalkan. Dia memperingatkan Trump agar tidak mencampuri urusan dalam negeri Israel.
"Kami berterima kasih kepada Presiden Trump, tapi presiden tidak seharusnya ikut campur dalam persidangan di negara yang independen," kata pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, dalam wawancara dengan situs berita Ynet, dikutip dari AFP, Jumat (27/6).
Pernyataan Lapid juga didukung oleh salah satu mitra koalisi Netanyahu, Simcha Rothman dari partai Religious Zionism yang sayap kanan. Dia meminta agar Trump tidak ikut campur dalam kasus Netanyahu.
"Bukan peran Presiden Amerika Serikat untuk ikut campur dalam proses peradilan di Israel," kata Rothman yang juga mengepalai komite peradilan parlemen Israel.
Menurut Rothman, kasus yang menjerat Netanyahu melampaui batas.
"Manajemen kasus Netanyahu mengubah citra Negara Israel dari kekuatan regional dan global menjadi negara republik tak bertuan," katanya lagi.
Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir menyebut sidang yang akan dijalani Netanyahu bermuatan politik. Sementara, Menteri Luar Negeri Gideon Saar mendukung permintaan Trump agar persidangan Netanyahu dibatalkan.
"Pengadilan itu menyimpang, tidak masuk akal, bertentangan dengan rasa keadilan dasar," kata Saar.
Netanyahu merupakan perdana menteri yang paling lama menjabat di Israel. Dalam masa kepemimpinannya saat ini sejak tahun 2022, pemerintahannya mengusulkan rangkaian reformasi peradilan yang luas, yang menurut para kritikus dirancang untuk melemahkan pengadilan.
Dalam sidang yang telah ditunda berkali-kali sejak dimulai pada Mei 2020, Netanyahu membantah bersalah.
Dalam kasus pertama, Netanyahu dan istrinya Sara dituduh menerima barang-barang mewah seharga lebih dari USD 260 ribu seperti rokok, perhiasan, dan sampanye dari para miliarder sebagai imbalan bantuan politik.
Sementara dalam dua kasus lainnya, Netanyahu dituduh berupaya menegosiasikan liputan yang menguntungkan di dua media Israel.
Netanyahu telah meminta penundaan persidangan beberapa kali. Baru-baru ini, dia minta sidang ditunda dengan alasan perang yang masih berlangsung di Gaza sejak April 2023, kemudian perang di Lebanon dan di Iran awal bulan ini.