
Nama Memed Potensio "meledak" di tengah fenomena sound horeg. Ia dijuluki sebagai penemu sound horeg dengan julukan "Thomas Alva EdiSound" (merujuk ke penemu lampu pijar Thomas Alva Edison).
Aslinya, pria 29 tahun itu bernama Ahmad Abdul Aziz, operator sound system dari kelompok Brewog Audio asal Kabupaten Blitar.
"Dari pertama ikut Brewog dulu sudah dipanggil Memed gitu sama teman-teman. Terus saya tambahin, 'Memed Potensio', gitu. Potensio kan itu fader-nya di mixer untuk mengatur volume," kata Memed, Selasa (29/7).
Saat ditanya soal masyarakat yang memparodikan dirinya sebagai "Thomas Alva Edison"-nya sound horeg, ia pun menjawab dengan santai.
"Tanggapannya ya enggak apa-apa, kan ini bisa untuk hiburan. Tapi saya akui netizen Indonesia itu kreatif-kreatif. Jadi malah seru, buat hiburan aja gitu. Enggak ditanggapi buat seriuslah, kan semua juga cuma meme aja gitu," ujarnya.
Mata Merah Kurang Tidur
Selain aksinya, Memed juga mendapat nyinyiran masyarakat soal matanya yang merah serta kantung mata tebal.
Ia mengaku memang kurang tidur selama menjalani profesi ini. Memed juga menepis bahwa dirinya mengonsumsi obat-obatan terlarang.
"Iya, kalau acara di sound system kan kita jarang tidur. Biasanya acara karnaval itu mulainya jam 9 malam, jam 10 malam, gitu. Terus selesainya sampai jam 5 pagi, jam 6 pagi," katanya.
"Terus setelah acara yang satu selesai, pindah ke tempat yang lain, pindah lagi ke tempat yang lain, gitu. Jadi jam tidurnya berantakan dan saya kan punya ini, keturunannya seperti ini, kantong matanya seperti ini. Jadi tambah kelihatan parah gitu," lanjutnya.
Memed sendiri memulai profesi menjadi operator sound system sejak tahun 2007. "Jadi pekerjaan saya teknisi sound system-nya Mas Bre dan YouTuber, YouTuber kecil," ucapnya.
Ia mengaku menjadi operator sound system ini belajar secara otodidak yang dibantu oleh teman-temannya.
"Ya alhamdulillahnya teman-teman saya di sini itu enak diajak ngobrol. Jadi enggak ada saya sekolah di elektronik, itu enggak ada," jelasnya.
Tidak Ada Filosofi Sound Horeg

Memed mengatakan tidak ada filosofi khusus di balik tren sound horeg. Nama sound horeg sendiri itu juga diciptakan oleh masyarakat selama ini.
"Itu kalau mereka mendengar suara yang kencang, subwoofer-nya kencang itu, 'Waduh, ini suaranya mantap, horeg gitu.' Getar semua, gitu," ungkapnya.
Dalam meracik sound sendiri, kata Memed, dirinya melakukan riset terlebih dahulu perangkat apa saja yang dibawa.
"Prosesnya kalau saya biasanya ini, riset. Saya kan semua disediain sama Mas Bre, sama Brewog Audio. Jadi semua yang riset boks, yang riset barang-barang komponen yang dibawa, itu semuanya dari Mas Bre, dari Brewog Audio. Saya tinggal mengolah. Jadi kalau ibarat kata itu saya kokinya. Semua bahannya, masakannya disediain sama Mas Bre, gitu," ucapnya.
Ia juga tidak ada genre spesifik saat penampilannya menjadi operator sound horeg. Setiap lagu yang diputar itu sesuai permintaan dari masyarakat.
"Kalau genre musik sih, saya biasanya ini, Mas, mengikuti penyewa. Biasanya kan penyewa juga request, pengin lagu apa, gitu. Cuma kebanyakan sih kalau di daerah Jawa Timur lagu-lagu remix slow bass, gitu. Remix-remix Jawa Timur sini yang dipakai," ujarnya.
Penghasilan hingga Rp 10 Juta

Diakui Memed penghasilan sebagai operator sound system di Brewog Audio mencapai Rp 7 hingga Rp 10 juta. Penghasilan itu pun menurutnya sudah bisa mencukupi kehidupan keluarganya.
"Untuk kebutuhan keluarga saya, untuk cicilan-cicilan saya, alhamdulillah selama ini masih cukup. Tergantung acaranya kan. Kalau seperti saya, kan gajinya per acara, gitu. Kalau acaranya banyak, ya gajinya banyak," ujar Memed.Dalam obrolan santai itu, jika diberikan kesempatan, Ia mengaku ingin berkolaborasi dengan raja dangdut Rhoma Irama.
"Saya kan dulu musisi dangdut. Saya itu pengin kolaborasi sama Bung Haji Rhoma Irama, karena saya ngefans sekali sama beliau. Lagunya ini, lagunya 'Gala Gala'," ungkapnya.
Kemudian, Memed menanggapi terkait dengan fenomena sound horeg yang kini menjadi pro-kontra di tengah masyarakat.
Menurutnya, ada hal prihatin sebagai penyedia sound system. Sebab, akhir-akhir ini beberapa masyarakat menilai negatif kegiatan sound horeg itu.
"Katanya juga menampilkan tarian erotis, padahal itu kan juga bukan dari sound system-nya, dari panitianya yang mengadakan, yang nge-job itu. Ya senangnya, sound horeg ini bisa dikenal seluruh Indonesia. Enggak nyangka saya," terangnya.
Soal Fatwa Haram

Lalu, soal sound horeg yang difatwakan haram oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), Memed meminta agar segera ada reguler atau aturan jelas dalam kegiatan sound horeg. Agar tidak menimbulkan polemik serta larangan yang dikeluarkan.
"Kita ditata itu juga mau. Maksudnya, alangkah baiknya itu sound horeg seperti apa gitu. Seperti apa biar tidak menimbulkan fatwa haram, harus gimana, harus mengecilkan volume atau gimana, atau menurunkan jumlah yang di bawah, gitu. Saya malah setuju, malah senang saya. Jadi ada yang mengarahkan saya dan teman-teman," jelasnya.
"Harapannya sih seperti yang saya sampaikan tadi. Jangan ditiadakan, jangan dibuat nggak boleh, tapi dibina saja kalau bisa. Terus, jangan melihat dari sisi negatifnya saja. Semua hal yang negatif itu pasti ada positifnya," tambahnya.