
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menarget investasi di sektor perkebunan bisa mencapai Rp 371 triliun. Nantinya investasi ini bisa digunakan untuk hilirisasi beberapa komoditas.
Amran juga melihat sektor pertanian dan perkebunan sebagai salah satu jalan keluar dari permasalahan lapangan kerja.
“Kita ingin hilirisasi, tapi memperkuat di hulu. Ini, kalau ini Rp 371 triliun bisa kita investasi. Kita bisa mempekerjakan orang 8 juta orang. Artinya, pengangguran republik ini selesai,” kata Amran dalam Kagama Leaders Forum di Kantor RRI, Jakarta Pusat pada Kamis (17/7).
Amran menyebut hilirisasi salah satunya bisa diterapkan untuk komoditas kelapa. Saat ini, Amran menyebut ada sekitar 3 juta hektare lahan perkebunan kelapa, nantinya jika pabrik bisa didirikan maka orientasi ekspor kelapa bulat bukan lagi pada kelapa gelondongan melainkan penciptaan nilai tambah.
“Kemudiannya kita ekspor bukan gelondongan. Tapi kita ekspor adalah VCO, hasilnya. Ini hasilnya bisa tempurungnya, sabutnya, kayunya, daging kelapa, air kelapa,” ujarnya.
Dengan hilirisasi kelapa, nilai ekspor kelapa dan produk turunannya juga menurut Amran bisa melonjak hingga 10 ribu persen. “Kalau kita hilirisasi, bisa satu dolar (sama dengan) seribu rupiah ke depan. Tapi ini butuh waktu,” kata Amran.
Potensi serupa, menurut Amran, juga datang dari beberapa komoditas lain seperti kakao atau coklat. Selain soal investasi untuk hilirisasi, dalam kesempatan ini Amran juga menyinggung soal kemandirian pangan khususnya untuk beras.
Ia percaya Indonesia tak perlu impor beras sampai 100 tahun lamanya. Hal tersebut bisa dicapai selama target cetak sawah 3 juta hektare tidak diganggu.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto menugaskan memang menugaskan Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mempercepat cetak sawah di Merauke, Papua, hingga Kalimantan dan Sumatera seluas 3 juta hektare.
“Kita mampu 80 tahun sampai 100 tahun tidak impor. Tapi 3 juta ini tidak diganggu dan memang ada spesialis orang Indonesia kerjanya mengganggu,” ujarnya.
Selain itu, Amran juga menuturkan peran teknologi sangat penting. Hal ini terbukti dari adanya peningkatan produksi per hektare sawah di Indonesia setelah penggunaan berbagai alat seperti drone pertanian.
“Dulu produksinya 3 ton, 3 ton per hektar, sekarang 7 ton per hektare,” ujarnya.