
Menteri Agama Nasaruddin Umar menjawab soal biaya haji yang disebut lebih mahal bila menggunakan jalur laut karena calon jemaah akan menggunakan kapal wisata.
Menurut Nasaruddin, biaya tersebut bisa ditekan bila tidak ada pemain tunggal dalam penyedia jasa kapal. Ia menilai jika banyak saingan, biaya bisa lebih murah.
"Tergantung, kalau banyak saingannya bisa murah. Tapi kalau pemain tunggal, mahal," kata Nasaruddin menjawab pertanyaan jurnalis di gedung Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Jakarta, Kamis (10/7).
Nasaruddin menjelaskan, rencana penyelenggaraan ibadah haji melalui jalur laut sudah lama diwacanakan. Bahkan, Malaysia disebut sudah lebih agresif dalam merealisasikan rencana tersebut.
Sementara untuk di Indonesia, Nasaruddin menjelaskan, memang butuh lebih banyak pertimbangan. Terutama mengenai durasi perjalanan dari Indonesia menuju Arab Saudi via jalur laut yang bisa sangat lama.

"Dulu kan memang kita sudah punya pengalaman dengan laut, ya. Ada [kapal] Belle Abeto, ada [kapal] Gunung Jati, tapi itu tiga bulan, empat bulan [perjalanannya]," kata Nasaruddin.
Sebelum tahun 1980-an, Indonesia memang mengirim jemaah lewat jalur laut.
Kapal Belle Abeto dan Gunung Jati bersama kapal Mi Abeto, Tjuk Nyak Dien, dan Pacific Abeto, merupakan bagian dari armada yang dikelola oleh PT. Arafat. Ini adalah perusahaan pelayaran yang dibentuk pemerintah Indonesia pada tahun 1960-an untuk melayani perjalanan haji melalui jalur laut.
Kapal Laut Sekarang Lebih Cepat
Nasaruddin menjelaskan, kecepatan kapal laut sekarang jauh lebih cepat dibandingkan di masa lalu.
"Nah, sekarang ini mungkin kapalnya lebih cepat, ya. Itu ada juga jalur lautnya, tapi terutama dekat-dekat situ, ya," ucap Imam Besar Masjid Istiqlal ini.
"Misalnya di Mesir, rata-rata jemaah hajinya itu lebih dekat pakai laut ya. Kayak naik feri aja, kan. Tapi kita kan jauh ya, dan nantilah kita lihat penyelenggaraannya yang akan datang," sambungnya.

Wacana Via Laut Belum Berlanjut
Lebih jauh, Nasaruddin menegaskan belum ada pembahasan lebih lanjut mengenai wacana pembukaan jalur laut untuk memberangkatkan calon jemaah haji.
"Belum, belum, belum. Banyak sih perusahaan-perusahaan yang pernah datang ke kantor, mempresentasikan itu, tapi beliau juga belum punya kapal," tandas dia.
Sejauh ini, negara yang mengirim sebagian jemaahnya lewat laut antara lain Sudan dan Mesir yang jarak negaranya relatif dekat dengan Arab Saudi. Jemaah akan mendarat di Pelabuhan Jeddah lalu meneruskan perjalanan ke Makkah yang berjarak sekitar 100 km.
Adapun jemaah Indonesia semuanya lewat jalur udara, menempuh perjalanan sekitar 9-10 jam.