REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) mendukung visi Presiden terpilih Prabowo Subianto terhadap dunia pendidikan, khususnya pendidikan pesantren. Salah satu bentuk konkret dukungan tersebut adalah dengan menyiapkan pendirian madrasah unggulan bertaraf internasional di bawah naungan Pesantren Istiqlal Internasional Indonesia.
Direktur Pesantren Kemenag, Basnang Said menjelaskan, keberpihakan Presiden Prabowo terhadap pesantren telah terlihat sejak awal masa kepemimpinannya, salah satunya melalui gagasan Sekolah Garuda.
“Jadi sejak Pak Prabowo terpilih menjadi Presiden, itu luar biasa keberpihakan kepada pesantren. Yang pertama karena ada Sekolah Garuda,” ujar Basnang dalam wawancara khusus bersama tim Republika di kantornya, Kemenag, Lapangan Benteng, Jakarta, Selasa (5/8/2025).
Kemenag, kata Basnang, menerjemahkan gagasan tersebut dengan meluncurkan program Pesantren Istiqlal Internasional Indonesia. Di bawah lembaga ini, akan didirikan madrasah-madrasah unggulan terpadu yang mengintegrasikan kurikulum pesantren dengan kurikulum internasional.
"Sekarang sedang proses untuk kontrak perencanaannya. Dan nanti akan lelang pekerjaan awal (pra-dipa) nanti semoga bulan 11 atau bulan 12 2025. Dan insyaallah dipastikan akan nanti dibangun pada Februari atau Maret 2026," ucap Basnang.
Madrasah unggulan ini akan membekali para santri tidak hanya dengan kemampuan agama yang mendalam (mutafaqqih fi al-din), tapi juga penguasaan dalam bidang sains, teknologi, rekayasa, dan matematika (STEM).
"Di Sekolah Garuda itu anak-anak juga bisa menguasai STIM. Bahwa mereka kuat sainteknya, kuat teknologinya, kuat engineeringnya, dan kuat matematikanya," kata Basnang.
Menurut dia, hal itu pun sebenarnya bukan hal yang asing di dunia pesantren. Ia mencontohkan, dalam tradisi pesantren sudah ada pelajaran-pelajaran yang secara tidak langsung berkaitan erat dengan logika dan matematika, seperti ilmu faraid (ilmu pembagian warisan) dan ilmu mantik (logika).
“Ilmu faraid misalnya, itu tentang hitung-menghitung. Kalau tidak punya dasar matematika, tidak akan mudah memahaminya. Ilmu mantik juga memperkuat nalar dan logika. Ini semua membuktikan bahwa pondok pesantren punya modal dasar untuk penguatan literasi, termasuk literasi numerik,” jelas Basnang.
Melalui inisiatif ini, Basnang berharap ke depan tidak ada lagi kesenjangan antara lulusan pesantren dan sekolah umum. Negara harus hadir memberikan akses dan kesempatan yang sama kepada semua anak bangsa, termasuk santri.
"Sehingga di masa akan datang tidak ada perbedaan diskriminasi antara anak-anak yang studi di pesantren dengan anak-anak yang studi di madrasah atau sekolah," kata Basnang.
Langkah ini dinilai menjadi bagian dari upaya strategis menuju transformasi pendidikan nasional yang lebih inklusif dan adaptif terhadap perkembangan zaman, tanpa meninggalkan akar tradisi pesantren yang kuat.