PARIS -- Presiden Prancis Emmanuel Macron mengecam rencana Israel memperluas operasi militernya dan menguasai Kota Gaza. Macron menilai, rencana tersebut akan menciptakan perang permanen.
"(Rencana menguasai Kota Gaza) adalah bencana dengan tingkat keseriusan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan langkah cepat menuju perang permanen," kata Macron mengomentari rencana Israel, Senin (11/8/2025).
Dia mengingatkan, jika rencana tersebut dieksekusi, rakyat Palestina di Gaza, termasuk warga Israel yang masih ditahan Hamas, akan menjadi korban utama. "Perang ini harus diakhiri sekarang dengan gencatan senjata permanen," ujarnya.
Menurut Macron, pembentukan misi stabilisasi yang diamanatkan PBB untuk mengamankan Jalur Gaza penting dilakukan. "Dewan Keamanan (PBB) sekarang harus bekerja untuk membentuk misi ini dan memberinya mandat," ucapnya. "Saya telah meminta tim saya untuk segera mengerjakan ini bersama mitra kami," tambah Macron.
Meski ditentang komunitas internasional, terutama dunia Arab dan Islam, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tetap mempertahankan rencananya menguasai Kota Gaza. "Israel tidak punya pilihan selain menyelesaikan pekerjaan dan menuntaskan kekalahan Hamas," ujar Netanyahu, Ahad (10/8/2025) lalu.
"Kami memiliki sekitar 70 hingga 75 persen wilayah Gaza di bawah kendali Israel, kendali militer. Tapi kami masih punya dua benteng tersisa, oke? Ini adalah Kota Gaza dan kamp-kamp pusat di Al Mawashi," tambah Netanyahu.
Demo Netanyahu
Puluhan ribu warga Israel menggelar unjuk rasa di Tel Aviv pada Sabtu (9/8/2025). Mereka menuntut pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghentikan perang di Jalur Gaza. Demo itu digelar sehari setelah pemerintahan Netanyahu mengumumkan akan merebut Kota Gaza.
Dalam demonstrasi tersebut, selain spanduk-spanduk bertuliskan seruan penghentian perang, sejumlah massa juga membawa foto para warga Israel yang masih disandera di Gaza. Saat ini terdapat 49 warga Israel yang masih ditahan kelompok Hamas.
Salah satu peserta aksi adalah Shahar Mor Zahiro. Dia adalah kerabat dari warga Israel yang ditahan Hamas. Namun kerabat Zahiro tewas akibat gempuran serangan militer Israel ke Jalur Gaza.
"Kami akan mengakhiri dengan pesan langsung kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu: jika Anda menyerbu sebagian wilayah Gaza dan para sandera dibunuh, kami akan mengejar Anda di mana pun," ujar Zahiro, dikutip laman Al Arabiya.
Sejak mulai melancarkan agresi ke Gaza pada Oktober 2023, Netanyahu telah menghadapi gelombang protes dari warganya yang menghendaki agar perang di Gaza dihentikan. Sejauh ini, lebih dari 61 ribu warga Gaza sudah terbunuh akibat agresi Israel.