
Perusahaan gadai swasta terus bermunculan sejak 2017. Hal ini ditandai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 31/POJK.05/2016 tentang Usaha Pergadaian. Sebelumnya, PT Pegadaian milik pemerintah memonopoli sektor ini. Per Februari 2025, ada 197 perusahaan gadai—termasuk milik pemerintah yang tercatat di OJK.
Berdasarkan data OJK, terlihat ada kenaikan pembiayaan dan pinjaman yang signifikan di perusahaan gadai swasta. Pada 2018, misalnya, pembiayaan dan pinjaman swasta ada di angka Rp 475 miliar. Lalu pada Februari 2025, jumlahnya naik menjadi Rp 2,81 triliun. Artinya, ada kenaikan sebesar 492,74 persen.
Dari sisi laba, perusahaan gadai swasta masih merugi dengan laba minus Rp 10 miliar pada 2017. Sedangkan pada 2024, laba mencapai Rp 100 miliar atau naik 1.100 persen dalam kurun waktu 7 tahun.
Berdasarkan analisis spasial yang kumparan lakukan, jumlah gerai gadai di Jabodetabek mencapai 1.686 titik. Terdiri dari gerai pergadaian swasta maupun milik pemerintah yakni PT Pegadaian. Masyarakat dapat menemukan gerai gadai bahkan dalam jarak sekitar 700 meter.
BACA JUGATarget Kelas Menengah ke Bawah
Komisaris Aman Bijak Gadai, Sandra Olga, menyebut industri gadai kini memang sangat padat. Banyak merek-merek baru, kata dia, yang ekspansif dan masif membuka gerai di sejumlah kota. Hal itulah yang membuat persaingan menjadi ketat.
“Sebenarnya tuh, gadai itu kan di jalanan banyak yang buka, tapi banyak juga yang tutup. Jadi ada beberapa kompetitor, saya lihat sendiri, kompetitornya tutup. Jadi, banyak yang berusaha untuk masuk ke dunia gadai, saya lihat juga banyak yang masuk ke gadai. Kalau di Jawa Barat ada kompetitor dulu, buka sampai puluhan, sekarang tinggal segelintir,” cerita Sandra saat dihubungi kumparan, Selasa (8/7).

Menurur Sandra, meledaknya tren perusahaan gadai mirip dengan fenomena menjamurnya start-up beberapa tahun yang lalu. Padahal, baginya, menggeluti industri gadai tidak bisa semata-mata mencari keuntungan jangka pendek. Dia menyebutnya sebagai ‘permainan jangka panjang’ dan tidak sembarang orang yang bisa bertahan di bisnis ini.
“Tapi selama kita harga kita bagus, pelayanannya bagus, variasi produknya banyak, pasti kita bisa bertahan,” katanya.
Kini, Aman Bijak Gadai diperkirakan sudah memiliki puluhan ribu nasabah. Dengan ribuan nasabah yang melakukan transaksi tiap bulannya. Mayoritas nasabah menggadaikan handphone. Selain itu, ada pula yang menggadaikan sepeda listrik, alat musik digital, drone, hingga mesin kopi.

Target nasabah Aman Bijak Gadai adalah kalangan menengah ke bawah. Sandra juga bilang, perusahaan gadai hadir untuk membantu masyarakat mengakses pembiayaan dengan cepat dan murah. Di sini, bunga dibayarkan di belakang, berbeda dengan beberapa perusahaan gadai yang memberlakukan bunga di muka.
“Jadi kalau misalnya kita menolong masyarakat, pinjaman Rp 2 juta, kita kasih nilainya sebesar Rp 2 juta itu. Kalau di gadai lain, mungkin aja gadai dapatnya Rp 1,8 juta,” ujarnya.
Sandra lalu menceritakan bagaimana cara perusahaan gadai bisa terus bertahan. Salah satunya dengan menjaga konsumen agar tidak menebus barangnya.
Yang pasti kita menjaga supaya banyak yang [melakukan] perpanjangan. Jangan sampai [pelanggan] nebus dan jangan sampai kejual [barangnya]. ”-Komisaris Aman Bijak Gadai, Sandra Olga.Jadi, kata dia, pendapatan jangka panjang perusahaan gadai bersumber dari perpanjangan pinjaman nasabah. Sementara itu, pelunasan pinjaman dan penjualan barang jaminan yang tidak bisa ditebus nasabah hanya keuntungan jangka pendek di mata perusahaan.

Gerai-gerai Aman Bijak Gadai memasang teralis besi. Bukan hanya perusahaan ini, banyak perusahaan gadai swasta lain yang juga memasang teralis besi di gerai-gerai cabang.
Sandra menyebut, hal tersebut demi keamanan staf yang menjaga gerai sekaligus langkah preventif mencegah tindak kriminal di gerai.
“Kita nggak pernah di kejadian ya, justru teralis itu malah jangan sampai kejadian,” katanya.
“Jadi memang dari dulu saya pasang teralis itu buat keamanan. Keamanannya justru malah buat staff-nya. Jadi lebih keamanan staff-nya, menunjang perasaan nyaman dan aman dari staff-nya di kerja” pungkasnya.
Mengakomodir Orang yang Tidak Punya Akun Bank
Senada dengan Sandra, Direktur PT Kusuma Dwipa Gadai dengan merek Raja Gadai, Bagi Made Satya Wiweka, menilai bahwa perusahaan gadai muncul untuk kelas menengah ke bawah. Terlebih untuk masyarakat umum yang membutuhkan layanan keuangan yang inklusif, cepat, dan murah.
“Kalau lihat orang yang tidak bank-able itu kan, pinjam Rp 1 juta kan pasti sulit karena berbelit-belit, bukan berbelit-belit ya, administrasinya cukup banyak. Sedangkan kalau di kita itu kan sangat simpel. Hanya cukup dengan memiliki KTP Lalu dia bisa membuktikan bahwa barang itu milik dia, dia dapat menggadaikan barangnya,” terang Satya saat dihubungi terpisah, Selasa (8/7).

Menurut Satya, perusahaan gadai menjadi garda terdepan dalam memenuhi kebutuhan pinjaman masyarakat kecil. Itu juga alasan gerai-gerai gadai hadir di daerah perkampungan, mudah dijangkau masyarakat.
Kata Satya, hal tersebut juga mendorong masyarakat beralih memanfaatkan barang-barang bukan hanya secara konsumtif. Namun juga bisa menjadi barang produktif sebagai sumber modal. Dari sekitar 500 gerai Raja Gadai yang tersebar di Jawa, Bali, dan Sumatera, kata dia, rata-rata pinjaman nasabah adalah Rp 1 juta.
“Kenapa rata-rata barangnya hanya Rp 1 juta? Harga pinjamannya hanya Rp 1 juta rupiah karena memang kita benar-benar fokusnya di microfinance, sangat micro,” jelasnya.
Jumlah nasabah Raja Gadai saat ini sudah mencapai sekitar 100.000-an dengan nasabah aktif sebanyak 70-80 persen. Rata-rata usia nasabah 30-40 tahun dari kalangan menengah ke bawah. Barang yang paling sering digadaikan adalah handphone, hampir 65 sampai 70 persen dari total keseluruhan transaksi Raja Gadai.

Meski begitu, Raja Gadai sedikit berbeda dengan perusahaan gadai swasta lain. Mereka tidak memasang teralis maupun pembatas kaca di semua gerainya.
“Kami rasa dengan kedekatan kita dengan customer, customer merasa hubungan kita dengan mereka adalah sejajar, tidak terpisahkan oleh suatu kerangkang besi. Rasanya karena kita kembalikan ke diri kita, kalau kita masuk ke suatu tempat yang ada kerangkang besinya rasanya kan kurang nyaman,” pungkasnya.
Ada yang Bidik Masyarakat Menengah Atas
General Affair Gadai ValueMax, Andreas Harjito Manajer, punya strategi yang berbeda dalam menggaet nasabah. Menurutnya, bisnis gadai mulai dilirik masyarakat kalangan ke atas yang membutuhkan modal besar. Hal itulah yang membuat Gadai ValueMax juga menerima gadai barang-barang mewah seperti jam tangan dan tas branded.
“Karena kelihatan sudah mulai dilirik oleh para pengusaha-pengusaha khususnya UMKM ke atas gitu ya. Jadi mereka membutuhkan dana besar. Jadi banyak nasabah-nasabah besar itu yang mulai tertarik menggunakan jasa pergadaian,” ujarnya saat ditemui kumparan, Senin (7/7).

Adapun barang yang dapat digadaikan di sini antara lain barang elektronik seperti handphone dan laptop, barang aksesoris, BPKB mobil, hingga kendaraan bermotor.
Adapun total nasabah yang telah melakukan transaksi sebanyak 4.965 orang dengan nasabah aktif sebanyak 1.227 orang. Nilai pinjaman yang masih di tangan nasabah sebesar Rp 50,9 miliar, profil nasabah paling banyak dari kalangan karyawan, ibu rumah tangga, dan pengusaha UMKM.
Adapun Gadai ValueMax member...