
Pada Jumat (29/8) pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah cukup signifikan, sebesar 1,5% menjadi 7.830,5. Padahal, sehari sebelumnya pada hari Kamis (28/08) menyentuh rekor penutupan tertinggi pada 7.952,1. Tercatat investor asing borong jualan hingga triliunan rupiah.
"Investor asing melakukan aksi jual bersih cukup besar pada hari Jumat, mencapai Rp1,1triliun," ujar Head of Research and Chief Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto dalam keterangan resmi, Senin (1/9).
Beberapa saham yang menjadi sasaran aksi jual investor asing adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan net outflow mencapai Rp1,1triliun, diikuti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebesar Rp169miliar.
Rully menuturkan persepsi risiko investor asing memburuk karena dampak dari ketidakstabilan politik di Indonesia. Persepsi risiko investasi atawa Credit Default Swap (CDS) 5 tahun Indonesia di hari Jumat lalu naik menjadi 70,27. Pihaknya memperkirakan angka tersebuy masih berpotensi naik dalam beberapa hari ke depan.
"Ini karena kondisi keamanan dan politik di dalam negeri masih belum stabil di akhir pekan," jelasnya.
Pada saat yang bersamaan nilai tukar rupiah juga tertekan sentimen negatif akibat aksi demonstrasi yang tidak terkendali. Rupiah pada hari Jumat melemah signifikan, ke level Rp16,490, yang merupakan level terendah sejak awal bulan Agustus ini. Padahal, lanjut Rully, pada saat yang bersamaan indeks Dollar selama dua hari melemah dan kembali berada di bawah level 98.
Ia menjelaskan recovery atau pemulihan pasar akan ditentukan oleh seberapa cepat penanganan gangguan keamanan di dalam negeri karena saat ini kondisi ekonomi Indonesia dapat dikatakan tidak buruk, meski juga tidak outstanding.
"Apabila kepercayaan investor tidak dipulihkan, maka akan terjadi gangguan ketidakstabilan ekonomi dalam jangka pendek," tegasnya. (E-3)