Harga minyak dunia mengalami penurunan tajam sepanjang pekan ini, tertekan oleh kombinasi kenaikan pasokan dari OPEC+ dan ketidakpastian geopolitik yang melibatkan Amerika Serikat (AS), Rusia, dan India.
Pada penutupan perdagangan Senin (4/8), harga minyak jatuh ke level terendah dalam sepekan. OPEC+ menyetujui peningkatan produksi minyak sebesar 547.000 barel per hari (bph) mulai September 2025, memicu kekhawatiran kelebihan pasokan. Data di AS juga menunjukkan permintaan bahan bakar yang lesu di negara konsumen terbesar dunia itu.
Mengutip Reuters, minyak mentah Brent turun 91 sen atau 1,3 persen menjadi USD 68,76 per barel. Sementara West Texas Intermediate (WTI) ditutup di USD 66,29 per barel, merosot USD 1,04 atau 1,5 persen. Kedua kontrak itu mencapai titik terendah dalam sepekan setelah sempat terkoreksi hampir 3 persen pada Jumat sebelumnya.
"OPEC+ mempertahankan sejumlah besar kapasitas produksi cadangan, dan pasar sekarang mengawasi dengan cermat untuk melihat apakah grup tersebut akan memanfaatkannya," ujar analis StoneX, Alex Hodes.
Tekanan Lanjut dari Isu Geopolitik
Pada Selasa (5/8), harga minyak kembali melemah akibat kekhawatiran melemahnya permintaan global dan meningkatnya pasokan OPEC+. Isu ancaman Presiden AS Donald Trump terhadap India atas pembelian minyak Rusia juga membayangi pasar.
Harga minyak mentah Brent berjangka ditutup turun USD 1,12 atau 1,63 persen menjadi USD 67,64 per barel, sementara WTI melemah USD 1,13 atau 1,7 persen menjadi USD 65,16 per barel. Keduanya mencatat level terendah dalam lima pekan.
Pelemahan berlanjut pada Rabu (6/8) setelah Trump menyampaikan adanya kemajuan pembicaraan dengan Rusia, memunculkan ketidakpastian terkait sanksi baru terhadap Moskow. Brent turun 75 sen atau 1,1 persen menjadi USD 66,89 per barel, dan WTI melemah 81 sen atau 1,2 persen ke USD 64,35 per barel, level terendah dalam delapan pekan.
Trump menyebut utusan khususnya, Steve Witkoff, telah membuat kemajuan dalam pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Namun, AS tetap mempersiapkan sanksi sekunder terhadap Rusia jika tidak mengakhiri perang di Ukraina.
"Semua orang sepakat perang ini harus segera berakhir, dan kami akan berupaya mencapainya dalam beberapa hari dan minggu mendatang," kata Trump.
Penurunan harga berlanjut pada Kamis (7/8) setelah Kremlin mengumumkan rencana pertemuan antara Putin dan Trump dalam beberapa hari mendatang. Brent terkoreksi 46 sen atau 0,7 persen menjadi USD 66,43 per barel, sedangkan WTI turun 47 sen atau 0,7 persen ke USD 63,88 per barel.
Asisten Kremlin, Yuri Ushakov, mengatakan pertemuan tersebut akan menjadi yang pertama sejak 2021. Di sisi lain, Gedung Putih menyebut pertemuan bisa berlangsung secepatnya minggu depan, meski AS tetap menyiapkan sanksi tambahan bagi pembeli utama energi Rusia.
Akhiri Pekan dengan Kerugian Tajam
Pada Jumat (8/8), harga minyak relatif stabil karena pasar menunggu hasil pertemuan kedua pemimpin. Brent naik tipis 16 sen atau 0,2 persen menjadi USD 66,59 per barel, sedangkan WTI tidak berubah di USD 63,88 per barel.
Meski begitu, secara mingguan Brent anjlok 4,4 persen dan WTI merosot 5,1 persen, menjadi kerugian mingguan terdalam sejak akhir Juni. Penurunan dipicu prospek ekonomi yang melemah akibat tarif perdagangan dan laporan Bloomberg bahwa AS dan Rusia tengah merancang kesepakatan untuk menghentikan perang di Ukraina, yang berpotensi melonggarkan sanksi terhadap ekspor minyak Rusia.