
Harga emas dunia kembali menanjak signifikan. Analis Komoditas Keuangan Ibrahim Assuaibi mencatat pada perdagangan Selasa, 2 September 2025, harga emas menembus level US$ 3.508 per troy ons. Ini menjadi yang tertinggi sepanjang tahun ini.
"Jika momentum berlanjut, level US$ 3.550 bahkan US$ 3.600 per troy ons diperkirakan bisa tercapai pada September," kata Ibrahim dalam keterangannya.
Ibrahim menjelaskan, kenaikan harga emas hari ini dipicu oleh eskalasi geopolitik global yang terus memanas. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada akhir pekan lalu mengancam akan melancarkan serangan besar terhadap Rusia. Tak lama berselang, Rusia membalas dengan serangan rudal dan drone yang menghantam kilang-kilang minyak. Akibatnya, sekitar 1,1 juta barel per hari produksi minyak Rusia terganggu, atau setara kerugian 17% dari total produksi 15 juta barel per hari.
Ketegangan juga meningkat di Timur Tengah. Israel dilaporkan melancarkan serangan ke Yaman yang menewaskan Perdana Menteri kelompok Houthi beserta sejumlah pejabatnya. Kondisi ini memicu kemarahan tidak hanya Houthi, tetapi juga Hezbollah dan Iran. Ibrahim mengingatkan, potensi perang besar di kawasan tersebut terbuka lebar, terlebih Iran telah mengancam akan menggunakan rudal jarak jauh terbaru yang diklaim sulit ditangkis sistem pertahanan udara Israel.
Di sisi lain, Israel terus memperluas kendali di Jalur Gaza. Langkah tersebut memicu kecaman global, kecuali dari Amerika Serikat. Situasi geopolitik makin rumit dengan dinamika politik dalam negeri AS, setelah kontroversi pemecatan pejabat bank sentral oleh Donald Trump yang kini digugat ke pengadilan.
Ketidakpastian global ini membuat bullion bank, perusahaan, hingga investor ritel ramai-ramai mengoleksi emas sebagai aset lindung nilai. Lonjakan permintaan yang tidak sebanding dengan pasokan kian memperkuat harga emas.
“Level US$ 3.600 per troy ons dan Rp2,15 juta per gram emas mulia sangat mungkin tercapai dalam rentang September hingga November,” tegas Ibrahim. (E-3)