Liputan6.com, Jakarta - Google semakin memperluas langkahnya ke sektor energi untuk menjawab lonjakan kebutuhan listrik data center. Permintaan daya yang terus meningkat membuat perusahaan mencari sumber energi yang lebih stabil dan berkelanjutan.
Mengutip Engadget, Kamis (21/8/2025), Google resmi mengumumkan pembangunan reaktor nuklir pertamanya di Oak Ridge, Tennessee. Proyek ini digarap bersama startup energi Kairos Power lewat fasilitas bernama Hermes 2.
Reaktor tersebut akan memasok 50 megawatt (MW) listrik bagi Google melalui perjanjian jangka panjang dengan Tennessee Valley Authority (TVA).
Inisiatif ini menjadi bagian dari kontrak besar 500 MW yang mencakup sejumlah Small Modular Reactor (SMR) di Tennessee dan Alabama. Hermes 2 dijadwalkan mulai beroperasi pada 2030.
Langkah ini disebut sebagai tonggak penting dalam strategi Google mengejar target energi berkelanjutan sekaligus memastikan pasokan listrik aman bagi pusat data mereka.
Peran TVA dan Visi Energi Masa Depan
CEO Tennessee Valley Authority (TVA), Don Moul, menegaskan pentingnya kehadiran energi nuklir dalam peta kebutuhan global.
Ia menyebut teknologi ini sebagai fondasi masa depan keamanan energi, terutama di tengah meningkatnya permintaan listrik dari sektor digital.
“Energi nuklir adalah landasan bagi masa depan keamanan energi. Keterlibatan Google dalam membantu menanggung biaya dan risiko dari proyek nuklir generasi pertama ini tidak hanya mempercepat jalan Google menuju solusi tersebut, tetapi juga membuat kami tidak perlu membebankan pengembangan teknologi ini kepada pelanggan,” ujar Don Moul dalam pernyataan resminya.
Keterlibatan Google dalam proyek ini dianggap sebagai dorongan penting bagi pengembangan Small Modular Reactor (SMR).
Melalui pembagian risiko dan biaya pembangunan, kerja sama ini dipandang memberi keuntungan langsung bagi Google sekaligus mengurangi tekanan biaya yang biasanya harus ditanggung oleh pelanggan listrik TVA.
Detail Kesepakatan dengan Kairos Power
Kerja sama Google dengan Kairos Power pertama kali diumumkan pada 2024, menandai kesepakatan korporasi pertama yang secara langsung membeli tenaga nuklir dari SMR.
Jika seluruh rencana berjalan sesuai target, total kapasitas listrik yang disediakan akan mencapai 500 MW pada 2035.
Meski begitu, rincian finansial dari kontrak ini tidak diungkap ke publik. Namun, pengamat industri menilai langkah Google bisa membuka jalan bagi perusahaan teknologi lain untuk ikut memanfaatkan energi nuklir sebagai alternatif dari sumber energi fosil maupun terbarukan yang masih terbatas kapasitasnya.
Dengan komitmen jangka panjang, Google berupaya memastikan pusat datanya di Amerika Serikat tetap memiliki pasokan daya stabil, ramah lingkungan, dan aman.
Signifikansi bagi Industri Teknologi
Keterlibatan Google dalam energi nuklir menandai era baru bagaimana perusahaan teknologi besar mengelola infrastruktur digital.
Pusat data yang mendukung layanan pencarian, cloud, hingga kecerdasan buatan, membutuhkan suplai listrik yang sangat besar dan konsisten.
Kolaborasi Google bersama Kairos Power dan TVA memperlihatkan langkah strategis perusahaan teknologi dalam mendukung keberlanjutan energi, sekaligus memperkuat peran industri digital dalam peta transisi energi global.
Jika proyek Oak Ridge sukses, kemungkinan besar model serupa akan direplikasi di negara lain.
Proyek ini dipandang sebagai batu loncatan penting yang bisa mengubah cara perusahaan besar memenuhi kebutuhan energi mereka, sekaligus mempercepat adopsi teknologi nuklir yang lebih efisien dan aman.